tag:blogger.com,1999:blog-68416350626451310312023-11-16T17:31:49.383+07:00Sekitar KitaArtikel Bebas, Musik dan IslamiSolichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.comBlogger16125tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-56068297511346204752022-09-30T16:24:00.002+07:002022-10-15T06:11:27.985+07:00Khutbah Jumat: Maulid Nabi Muhammad SAW 1444<p style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي أَرْسَلَ مُحَمَّدًا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ, فَبِذَلِكَ أَمَرَنَا أَنْ نَفْرَحَ وَنَشْكُرَ بِوُجُوْدِ سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ.
اشهد ان لَااله الَّا اللهُ المالكُ الْحقُّ الْمبينُ, واشهد انَّ سيِدَنا محمدا رسول الله صادقُ الوعدِ الامينِ.
اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ, فَاتِحِ كُلِّ بَابٍ مِنْ أَبْوَابِ الْمَحجُوْبِيْنَ, وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ</span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> اما بعـد! فيا أيها المسلمون رحمكم الله- اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون <br /></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: large;">وقال الله تعالى: وَاِذْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ النَّبِيّٖنَ لَمَآ اٰتَيْتُكُمْ مِّنْ كِتٰبٍ وَّحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهٖ وَلَتَنْصُرُنَّهٗ ۗ قَالَ ءَاَقْرَرْتُمْ وَاَخَذْتُمْ عَلٰى ذٰلِكُمْ اِصْرِيْ ۗ قَالُوْٓا اَقْرَرْنَا ۗ قَالَ فَاشْهَدُوْا وَاَنَا۠ مَعَكُمْ مِّنَ الشّٰاهِدِيْنَ <br /></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: large;"> آل عمران : </span>۸۱</p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Ada kosakata indah untuk menggambarkan chemistry (koneksi bathin) sebuah hubungan antara seseorang dengan seseorang lainnya, yaitu yang disebut mahabbah, cinta atau kasih sayang. Kaitannya dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW mahabbah yang dimaksud adalah hubungan antara seorang umat dengan junjungannya, yaitu kita dengan Rasulullah SAW. Seseorang yang ingin juga dibalas cintanya oleh pasangannya, maka hendaknya ia juga membangun kasih sayang kepada pasangannya tersebut agar nantinya tidak bertepuk sebelah tangan. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Orang yang sedang jatuh cinta kepada lawan jenisnya biasanya ia akan menyingkirkan apa dan atau siapa saja yang berusaha menghalanginya. Bahasa kiasannya: Yang hitam bisa telihat kuning, laut yang luas disangka tidak dalam, jauhnya lokasi pasangan dilihatnya hanya sejengkal.
Jika seseorang bisa sebegitu mabuknya ketika jatuh cinta kepada lawan jenisnya, apakah ia bisa juga melakukan hal yang sama kepada Rasulullah SAW?</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"> لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِيْنَ : رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia.</i> ” (HR Bukhari) </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Maka hendaknya, tidak ada cinta yang sampai mabuk kecuali mabuknya cinta kita kepada Rasulullah. Dan tidak ada pula rindu yang paling dalam kecuali dalamnya rindu kita kepada Rasulullah SAW. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Dalam dzikir manaqib ada istilah istighraq, yaitu tenggelam atau khusyuk menghadap Allah dengan cara menyingkirkan fikiran lain selain DIA. Yang ada hanya dirinya dengan Allah Yang Maha Esa saja. Mulut dikunci, hatinya mengadu, berbicara langsung, mengakui semua kesalahan yang paling fatal dan pernah dilakukannya serta memohon tetap diberi petunjuk agar terus menjadi lebih baik.
Demikian halnya ketika bershalawat, hanya saja mulut tidak dikunci_bergerak membaca shalawat, namun hati dan fikirannya tenggelam seolah-olah sedang berhadapan dengan Rasulullah SAW secara langsung. Memujinya, berterima kasih telah menjadi bagian dari umatnya serta memohon syafaatnya kelak. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Ini hanyalah salah satu sanad, cara agar orang bisa khusyuk. Meskipun bershalawat dengan cara apapun, dengan riya misalnya, tetaplah berpahala. Akan tetapi shalawat dengan riya akan sulit untuk menemukan nikmatnya menghadap Rasulullah SAW. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Ilustrasinya, kalau seorang anak memberikan sesuatu kepada orang tua dengan cara yang kurang baik, diberikan dengan wajah masam, dll. mungkin mereka masih akan menerimanya. Itu lebih karena sayangnya mereka kepada si anak, ingin tetap menjaga perasaannya. Akan tetapi jika memberikannya dengan cara yang santun, memberi bukan karena diminta, memberi karena merasa masih memiliki kewajiban dan kasih sayang, tentunya orang tua juga akan menerimanya dengan lebih berbahagia lagi. Seperti kejutan yang membuat hati orang tua berbunga-bunga.</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"> مَنْ صَلَّى عَلَيَّ مِنْ أُمَّتِي صَلَاةً مُخْلِصًا مِنْ قَلْبِهِ، صَلَّى الله عَلَيْهِ بِهَا عَشْرَ صَلَوَاتٍ، وَرَفَعَهُ بِهَا عَشْرَ دَرَجَاتٍ، وَكَتَبَ لَهُ بِهَا عَشْرَ حَسَنَاتٍ، وَمَحَا عَنْهُ عَشْرَ سَيِّئَاتٍ </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“<i>Barang siapa yang bershalawat kepadaku dari umatku satu kali shalawat dengan ikhlas dari hatinya maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh kali shalawat, akan mengangkat derajatnya, menuliskan untuknya sepuluh kebaikan, dan akan dihapuskan darinya sepuluh keburukan.</i> “ (HR. An-Nasai no. 9809, dan Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadits ini terangkat derajatnya menjadi hasan lighoirih) </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Semakin banyak shalawatnya maka kedudukan orang tersebut semakin terhormat di hadapan Allah dan Rasul-Nya, tanpa mengurangi kehormatan Rasulullah sendiri di hadapan Allah SWT. Karena tanpa memberikan shalawat pun, kedudukan Rasulullah tetaplah mulia. Ibarat kehormatan Rasulullah itu dalam bentuk segalon air suci yang sudah penuh, maka ketika kita menuanginya lagi otomatis air itu akan bercampur dan tumpah. Maka tumpahan itulah yang akan kembali kepada penuangnya. Semakin banyak menuanginya maka insyaa Allah semakin banyak pula tumpahan atau kehormatan pembacanya.</span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Untuk membangun hubungan dengan Rasulullah disamping dengan pembacaan Shalawat atau mengadakan acara Maulid Nabi, ada juga etika yang tidak kalah pentingnya. Yaitu membangun hubungan dengan ahli warisnya, yaitu para ‘ulama lebih-lebih ‘alim ulama yang masih se-nashab dengan beliau sendiri. Ini seperti ketika seseorang berziarah ke maqam waliyullah, maka kepada anak cicitnya juga perlu dibangun hubungan yang baik, jangan dipandang sebelah mata apalagi dibencinya. Karena mereka adalah mata rantai dari waliyullah yang diziarahi. Jika mata rantainya terputus, maka nikmatnya berziarah juga akan sulit didapatkan.</span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Lalu mengapa umat Islam perlu merayakan acara Maulid Nabi? Salah satu jawabannya adalah karena Rasulullah sendiri selalu merayakan hari kelahirannya. Bahkan ketika masih di zaman arwah, ketika bumi ini belum diciptakan, Allah SWT berkenan bermaulid Nabi bersama para arwah Nabi yang lain dan juga para Malaikat. Seperti yang sudah disebutkan dalam al Quran surat Ali Imran ayat 81, di awal muqaddimah tadi. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Tujuan dan hikmahnya bermaulid Nabi adalah untuk menumbuhkan kecintaan umat kepada Rasulullah. Maka mengundang seorang dai yang mumpuni, yang bisa menerangkan sirrah nabawiyyah kitab maulid yang biasa dibaca adalah perlu. Sehingga seorang muslim akan lebih dalam lagi mengetahui sifat-sifat beliau, kehidupannya, perjuangannya dan lain sebagainya. Diharapkan dengan semakin mengenal beliau maka cinta kepada beliau juga akan semakin dalam. Hingga pada akhirnya, kita berharap mendapatkan syafaatnya kelak di akhirat. Aamiiin YRA </span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"> بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلآيَةِ وَذِكرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َاِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم </span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">--------------------------------------------------------------------------------------------------------------- <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">الحمد لله على إحسانه والشُّكرُ له على تَوفيقه واِمْتنانه </span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">وأَشهد أن لا اله إلاَّ اللهُ وحده لا شريك له, وأَشهد أنّ سيّدنا محمّدا عبده ورسوله الدَّاعِي إلى رضوانه <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">اللهم صل وسلم علي سيدنا محمدٍ وعلى اله واصحابِه وسلّم تسليما كثيرا <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">أمّا بعد! فيا ايّها النَّاسُ اتقوا اللهَ فيما أَمَرَ وَانْتَهُوا عَمّا نَهَى وَاعْلَمُوا أَنّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">وقال تعالى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">اللهم ارحم امة سيدنا محمد,
اللهم اصلح امة سيدنا محمد <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">اللهم فرج عن امة سيدنا محمد <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">وصلى الله على النبي الامي وعلى آله وصحبه وبرك وسلم </span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">والحمد لله رب العالمين <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">ولذكر الله أكبر <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: x-small;">“Cara Membangun Hubungan dengan Rasulullah SAW “ </span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: x-small;">HST, Masjid at Takwa Kaliwadas, 4 RA 1444 H./30102022 M.</span><script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
</p><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0PXPM+WF5, Jl. Bumiayu - Bantarkawung Raya, Krajan Lor, Kaliwadas, Kec. Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah 52273, Indonesia-7.2627264000000009 108.9837264-35.572960236178844 73.8274764 21.047507436178844 144.1399764tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-91178517274052574152022-07-19T05:31:00.003+07:002022-10-15T06:11:41.375+07:00Khutbah Jumat: Cara Melihat Sesuatu dengan Mata Fisik dan Bathin<p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">الْحَمْدُ لِلٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ! فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
وقال الله تعالى: أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا, قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَهُ بَعْدَ مَوْتِهَا, فَأَمَاتَهُ اللهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ, قَالَ كَمْ لَبِثْتَ, قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ, قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ,وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ,وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا, فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ- قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ <br /></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Manusia adalah makluk sempurna yang memiliki berbagai macam organ tubuh, di antaranya adalah panca indera (lima macam organ perasa). Yaitu telinga untuk mendengar, kulit untuk meraba, hidung untuk mencium, lidah untuk mengecap rasa dan mata untuk melihat. Kelima indra tersebut adalah fisik atau jasad kasar. AlQuran surat al Baqarah ayat 259 tadi, menyebut indra terakhir ini dengan nama annadhar. Annadhar menjadi tema khutbah kali ini dalam rangka mengambil hikmah dan tabarrukan dari <a href="https://www.youtube.com/watch?v=eUlOBls542o" rel="nofollow" target="_blank">pengajian Tafsir Jalalain Kyai Abbas Buntet, Cirebon</a>.<br /></span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Bertanyanya Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam dalam ayat tersebut bukanlah karena beliau ragu dengan Kekuasaan Allah. Tetapi dalam rangka mengambil pelajaran dan hikmah dari peristiwa tersebut untuk diri dan manusia lainnya.
Dalam surat al Ghasyiyah ayat 17-20 juga disebutkan:</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"> أَفَلَا يَنْظُرُونَ إِلَى الْإِبِلِ كَيْفَ خُلِقَتْ ﴿ ١٧﴾ وَإِلَى السَّمَاءِ كَيْفَ رُفِعَتْ ﴿ ١٨﴾ وَإِلَى الْجِبَالِ كَيْفَ نُصِبَتْ ﴿ ١٩﴾ وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ ٢٠</span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Demikian pula annadhar ketika kita disuruh melihat bagaimana unta itu diciptakan, dimatikan kemudian dihidupkan kembali? Mengapa langit itu bisa tinggi tanpa tiang? Mengapa gunung ditegakkan? Mengapa pula harus ada gunung berapi? Gunung yang hijau, ada juga putih bahkan hitam, mengapa bisa berwarna biru dilihat dari kejauhan? Bumi yang katanya bulat mengapa bisa tampak datar terhampar tanpa ada yang terjatuh ke sisi lain? Perintah-perintah untuk melihat itu adalah dalam rangka mengambil hikmah dan menguatkan iman. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Maka Annadhar dalam hal ini adalah mata hati. Bisa juga seperti insting, intuisi atau tepatnya bashiirah. Cara menggunakannya adalah dengan atta’ammul, mengangan-angan, ada penelitiannya, kayaknya seperti ini atau kayaknya seperti itu, bathinnya berangan-angan apa maksudnya. Akan tetapi Fata’ammal bihikmatihi, maka berangan-anganlah tentang kekuasaan Allah tersebut tetapi dalam rangka mencari hikmahnya. Bukan dalam rangka mencari bukti. Karena kalau mencari bukti, yang dipandang mata fisik saja itu sudah menjadi bukti bahwa Allah Maha Segalanya atau Dzuu Fadhlin. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Dalam keterangan lain Annadhar adalah,</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"> إستعمال النظر فى البصيرة أكثرعند العآمة </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">“ <i>Kebanyakan orang awam melihat yang tidak tampak itu dengan mata kepala.</i> "<br /></span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;">وإستعمال البصر فى البصيرة أكثر عند الخآصة<span style="font-family: arial;"> </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">" <i>Sedangkan bagi orang-orang khos, para ulama, fuqaha atau auliya, melihatnya dengan mata hati atau bashirahnya</i>. “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Seorang perokok yang menggunakan bashar dan bashirahnya, ketika membuang puntung rokok maka dia akan melihat terlebih dahulu tempat yang akan menjadi pembuangannya, tidak asal lempar. Karena dia sudah tahu jika asal membuang saja maka puntung rokok bisa mengotori tempat tersebut atau bisa menjadi sebab terjadinya kebakaran.</span> </span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Ketika ada petir ia menyingkir, ada hujan badai atau gempa bumi ia mencari tempat aman. Sedang mengerjakan shalat tiba-tiba ada ular maka shalat dibatalkan atau ditunda. Atau ketika sedang shalat tiba-tiba melihat anak kecilnya dalam bahaya, boleh pula ia membatalkan shalatnya. Amankan dahulu baru kemudian mengulang dari awal shalatnya. Yang tidak boleh adalah membatalkan shalat gara-gara ada tamu ketuk pintu atau ucap salam, ingin membeli sesuatu umpamanya. Cukup keraskan bacaan shalatnya agar tamu tersebut mengetahui bahwa dia sedang mengerjakan shalat. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Orang yang melihat sesuatu dengan bashar dan bashirahnya ini kesannya seperti penakut, was-was, khawatir, padahal tidak. Mereka orang yang sangat peka, hati-hati, tawakkal, bahkan mungkin kas-syaf, tidak ada hijab atau penghalang untuk melihat sesuatu yang belum terjadi. Kas-syaf di sini bukan dalam pengertian
kas-syafnya kelas auliya yang bisa mendapat ‘bocoran takdir’. Tetapi kas-syaf dalam pengertian kehati-hatian memandang sesuatu dalam rangka mendapatkan sesuatu pula. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Ditimbang-timbang terlebih dahulu, jangan asal melihat kemudian bertindak.</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"> تقليب البصر والبصيرة لإدراك الشيء أي فتعمل بحكمته </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">“ <i>Membolak-balikkan kedua mata kepala dan hatinya sekaligus dalam rangka mendapatkan sesuatu, kemudian mengangan-angankan hikmahnya.</i> “ </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Kalau kita membesuk orang yang ditimpa musibah kemudian mengucapkan kalimat kepadanya: “ <i>Bersabarlah, ambil hikmahnya</i> ”. Itu artinya si pembesuk sedang mengajarkan atau mengingatkannya bagaimana memandang musibah itu tidak hanya dengan basharnya tetapi sekaligus bashirahnya, dengan tujuan agar dia menemukan kesabaran, keikhlasan, ketegaran, bahkan kenikmatan dan tawakkal. Dan dengan melakukan itu pula maka orang yang ditimpa musibah akan tetap mengenal Tuhan yang memberinya musibah. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Selanjutnya, annadhar bagi kaum Tasawuf artinya adalah,</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: medium;"> ألمعرفة, الحصيلة بعد الفحشي </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">“ <i>Pengetahuan yang dihasilkan setelah penelitian.</i> “ </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Ketika Allah berkata undhur atau fandhur itu bukanlah perintah untuk melihat dengan sekedar melihatnya saja, tetapi lebih kepada mencari pengetahuan (ma’rifat) dari apa yang dilihatnya tersebut dalam rangka mencari dalil dari Kebesaran Allah. Ma’rifat yang dimaksud bisa dihasilkan setelah adanya penelitian dengan bashar dan bashirahnya. Sedangkan penelitian harus ada objeknya. Kalau tidak ada objeknya maka disebut mengarang. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Objek itu bisa berupa langit, bumi, gunung, atau bisa kehidupan yang sulit, dll. Tetapi tetap dengan satu tujuan <i>ma’rifatul qalbi wan nafsi</i>, yaitu pengetahuan hati dan diri. Dengan bahasa lain pengenalan diri dan pengenalan kepada Allah.
Orang yang tidak bisa mengenali dirinya maka hatinya akan tertutup untuk mengenal Tuhannya. Jangankan mengenal Tuhan, manusia selain dirinya saja bisa terlihat salah dan dimusuhinya tanpa sebab. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Sebaliknya orang yang bisa mengenali dirinya maka dia akan mengenal Tuhan-nya. Orang yang mengenal Tuhan-nya maka bashirahnya juga terbuka. Mudah menerima kebenaran, mudah menerima keadaan dan mudah menemukan hakikat Ketuhanan, <i>insyaa Allah</i>. </span></span></p><p><i><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: medium;">Wallaahu a’lam bis shawab.</span></span></i></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"> بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلآيَةِ وَذِكرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َاِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُاللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم </span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: medium;">KHUTBAH KE II <br /></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ,
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ <br /></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا </span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">أَمَّا بَعْدُ! فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ </span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا </span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"> اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأنوات </span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">اللهم صل وسلم على سيدنا محمد فى الأولين.
وصل وسلم على سيدنا محمد فى الآخرين.
وصل وسلم على سيدنا محمد فى النبيين.
وصل وسلم على سيدنا محمد فى المرسلين.
وصل وسلم على سيدنا محمد فى الملإ الأعلى الى يوم الدين.
وصل وسلم على سيدنا محمد حتى ترث الأرض ومن عليها وأنت خير الوارسين. اللهم حطنا بالتقوى والإستقامة وأعذنا من موجيبات الندامة في الحال والمال انك السميع الدعاء.
ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النا</span><span style="font-size: medium;"><span style="font-size: medium;">ر</span> </span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">وصلى الله على النبي الأمي وعلى آله وصحبه وسلم. والحمد لله رب العالمين</span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;">ولذكر الله أكبر
</span><script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
</p><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-32816821972559787812022-05-13T07:30:00.002+07:002022-10-15T06:11:13.742+07:00Khutbah Jumat: Bedanya 'Adlullah dengan Fadhlullah<p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">الْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ.
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ.
اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ</span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">أَمَّا بَعْدُ! فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ <br /></span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;"> وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ ۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ لِيَطْمَئِنَّ قَلْبِي ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلَىٰ كُلِّ جَبَلٍ مِنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ</span></span> </span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;">(QS. 2:260) </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Khutbah kali ini adalah mengambil hikmah dari pengajian Tafsir Jalalain surat al Baqarah ayat 260 di pesantren Annadwah, Cirebon, yang baru saja dibacakan di muqaddimah tadi. Yakni mengenai kisah atau permohonan Nabiyullah Ibrahim <i>‘Alaihissalam</i> kepada Allah SWT agar diperlihatkan kekuasaan-NYA secara langsung. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Salah satu penggalan kalimat dalam ayat tersebut adalah,</span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;"> أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِي الْمَوْتَىٰ </span></span><br /></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">" <i>Perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan yang mati.</i> “ </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Kalimatnya bukan BUKTIKANLAH, tetapi PERLIHATKANLAH. Dari kalimat tersebut seorang muslim bisa mengambil hikmahnya, salah satunya adalah cara terbaik bagaimana ‘berkomunikasi’ dengan Allah SWT.
Mengapa permintaan Nabi Ibrahim dalam bentuk kalimat Perlihatkan dan bukan Buktikan? Karena kalau Buktikan, maka jasad dan nafas kita saja serta seluruh alam yang terlihat oleh mata, itu sudah menjadi bukti atau tanda kekuasaan-NYA. Sedangkan, kalau Perlihatkan, artinya adalah memohon diwujudkan sesuatu yang tidak pernah atau belum terlihat oleh mata. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Permintaan Nabi Ibrahim dikabulkan. Maka Allah kemudian memerintahkannya untuk menyembelih empat ekor jenis burung yang daging serta bulunya dicampur kemudian disebar ke empat bukit yang berbeda. Setelah itu Nabi Ibrahim disuruh memanggil keempat jenis burung yang sudah mati tersebut. Maka dengan kekuasaan-NYA Allah kemudian memperlihatkan bahwa keempat jenis burung itu bisa hidup kembali seperti semula, tanpa ada daging atau bulunya yang tertukar. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Kisah ini memberikan gambaran, pengetahuan sekaligus keyakinan bahwa Kekuasaan atau Anugerah Allah itu di luar batas akal manusia atau yang disebut Fadhlullah. Fadhlullah artiya adalah Anugerah, Keutamaan, Kelebihan, Kebijaksanaan atau bisa juga berarti Kasih Sayang Allah. Semua itu bisa terjadi tanpa bisa diprediksi oleh akal manusia. Bahkan, mungkin selama ini kita menikmati banyak anugerah Allah yang demikian, hanya saja kurang merasakan atau mensyukurinya. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Ada juga ‘Adlullah. ‘Adhlullah adalah kebalikan dari Fadhlullah. Yaitu sesuatu yang bisa dicerna oleh akal. Sesuatu yang logis. Muqaabalatus syai-i fis syai-i: Sesuatu yang dihadapkan kepada sesuatu yang sama. Menjual dagangan satu jenis maka akan terjual satu jenis yang sama. Tetapi ketika menjual satu jenis kemudian yang terjual bisa lebih dari itu, itu namanya Fadlullah.
Apakah mungkin? Saya hanya seorang guru atau saya hanya seorang karyawan dengan gaji yang pas untuk makan dan kebutuhan sehari-hari, bagaimana mungkin saya bisa memiliki rumah sendiri? Umpamanya. Ini sangat mungkin dan bisa terjadi kepada siapa saja! Karena itu hak Allah dan akal manusia tidak akan bisa menjangkau bahkan memikirkannya. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Contoh sederhana saja: Seorang penjual sate kedatangan serombongan pembeli, namun setengah dari rombongan itu justru meminta lauknya berupa ayam goreng. Padahal di depan warung juga sudah tertulis penjual sate kambing. Di sisi lain warung ayam goreng itu juga tidak jauh dari warung sate ini, tetapi mereka tidak mau masuk langsung ke warung tersebut. Maka dibelikanlah ayam goreng dari warung sebelah oleh si pedagang sate. Lalu pedagang sate memberikan harga standar kepada pembelinya, tetapi akan mendapatkan selisih atau keuntungan dari harga yang diturunkan oleh penjual ayam goreng, karena sesama penjual. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Dulu ketika orang Yahudi ingin diampuni dosanya, yang berdosa kemudian dibunuh oleh orang yang tidak berdosa, dalam rangka menebus dosanya. Ini barangkali juga disebut ‘Adlullah, karena mereka dikenal sebagai kaum yang suka membangkang para Nabi, di setiap zamannya. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Berbeda dengan kita orang Islam, asal tidak menyekutukan Allah dan bertaubat, maka mudah sekali diampuni dosanya. Asal Ramadhan datang hingga pertengahannya saja, kita sudah mendapatkan Ampunan sekaligus Rahmat-Nya. Awwaluhu rahmah, ausatuhu maghfirah. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Panitia pembangunan menara dan tempat air wudhu masjid at Takwa ini, nantinya jika bisa sukses membangun keduanya tahun ini, itu namanya ‘Adlullah, keadilan Allah sesuai niatnya panitia. Panitia berikhtiar atau ber‘azam melanjutkan renovasi bangunan utama, setelah tahap awal selesai. maka dibuatlah denah atau skema bangunan secara keseluruhan. Namun jika kemudian bangunan induknya juga bisa langsung dilanjutkan atau diselesaikan tahun ini juga, itu namanya Fadlullah (anugerah Allah). Anugerah Allah akan diperlihatkan karena keyakinan panitia serta dukungan masyarakatnya.</span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> <span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدْعُونِىٓ أَسْتَجِبْ لَكُمْ ۚ </span></span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> “ <i>Dan Tuhan kalian berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan (permintaan) kalian.</i> “ ( QS. Al Mukmin: 60 ) </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Maka meminta kepada Allah itu janganlah dibatasi. Keyakinan akan mendapatkan Fadhlullah itu sangatlah penting agar seorang hamba tidak berfikir kerdil tentang Kemahakuasaan Allah. Ya Allah, lariskanlah dagangan kami yang ini, yang itu juga. Ini namanya berdoa tetapi membatasi. Ya Allah anak kami mau daftar ulang sekolah, mohon berilah rezeki agar kami bisa membayarnya lunas, umpamanya. Allah mungkin kabulkan, tetapi bisa jadi yang Allah berikan adalah sesuai yang diminta. Karena Allah akan memberi berdasar pada persangkaan hamba-NYA. Bukan Allah tidak Maha Kaya. Allah Sangat Kaya dengan Kekayaan-NYA yang tidak terhitung. Ibarat Kekayaan Allah itu sebanyak air yang ada di bumi ini, maka yang dinikmati oleh seluruh umat manusia baru setetesnya saja. Maka seorang muslim berdoa menjadi orang kaya itu dibolehkan. Tinggal orangnya saja, apakah dia bisa mengelola kekayaannya atau tidak. Jika dia bisa mengelolanya maka itu disebut Fadlullah (kenikmatan hakiki). Tetapi jika dia tidak bisa mengelolanya maka itu disebut Istidraj (kenikmatan semu yang menjerumuskan). </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Ada perbedaan antara Fadlullah berdasar ridla Allah dengan ‘Fadhlullah’ tetapi sebenarnya istidraj, khususnya yang berkaitan dengan duniawi (materi). Disebut Fadhlullah adalah jika seseorang bisa menjadi kaya tetapi tidak melupakan kewajibannya kepada Allah.
Disebut Fadhlullah jika seseorang melakukan satu hal tetapi kemudian Allah memberikan lebih dari yang diinginkannya. Tetapi jika kelebihan itu kemudian menjadikannya jauh dari Allah, jauh dari beribadah, menjadi ingkar, bersikap takabbur, memandang rendah orang lain, maka ini yang dinamakan istidraj, kenikmatan semu atau sementara yang justru akan menyesatkannya. </span></p><p><i><span style="font-family: Kalam;">Wallaahu a’lam bis shawab.</span></i></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"> <span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ اْلآيَةِ وَذِكرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َاِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم </span></span></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">KHUTBAH KE II <br /></span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;"> اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ,
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا </span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">أَمَّا بَعْدُ! فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ </span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا </span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنِ.
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
والحـمد لله رب العـلمـين <br /></span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: large;"><span style="font-family: Lateef;">ولذكـرالله أكـــبر</span></span> <br /></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;">“ Bedanya ‘Adlullah dengan Fadhlullah “ </span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;">Masjid at Takwa Kaliwadas, 13 Mei 2022 M./ 12 Syawwal 1443 H. </span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;">@Stb
</span><script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
</p><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-91400137086961042652022-05-01T22:41:00.002+07:002022-05-01T22:41:50.611+07:00Khutbah 'Idzul Fitri 1443 H : Jati Diri Seorang Muslim<p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ</span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> اَللهُ أَكْبَرُ9 - لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ - اللهُ أكْبَرُوَلِلهِ </span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">الحَمْدُ
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ وَفَّقَنَا ِلإِتْمَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَأَعَانَناَ عَلىَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَجَعَلَنَا خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ للِنَّاس. نَحْمَدُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ وَهِدَايَتِهِ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُ الْمُبِيْنُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَاتَمُ النَّبِيِّيْنَ.
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ! فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، وَأَحُسُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
وقال الله تعالى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ! </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Segala puja puji hanya untuk Allah, alhamdulillah pagi ini kita dikumpulkan dalam suasana hari raya ‘Idul Fitri 1443 H/ 2022 M. Hari yang penuh dengan kemenangan, kebahagiaan, kesucian, keberkahan dan ampunan Allah SWT. Sebelumnya, di khutbah ini, izinkan kami, saya dan segenap takmir masjid, menyampaikan permohonan maaf & doa untuk kita semua: </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ صِيَامَنَا وَصِيَامَكُمْ تَقَبَّلْ ياَ كَرِيْمُ, وَجَعَلَنَا اللهُ وَاِيَّاكُمْ مِنَ الْعَاءِدِيْنَ وَالْفَائِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ, وَكُلُّ عاَمٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
“ </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">" <i>Semoga Allah menerima amal ibadah kita, puasa kita, Kabulkanlah Wahai Dzat Yang Maha Mulia. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang yang kembali kepada kesucian dan kemenangan serta diterima seluruh amal ibadahnya. Dan semoga kebaikan beserta kalian sepanjang tahun.</i> “ Aamiiin…</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ! </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Kita terharu dan terasa ada yang mengganjal karena kepergian bulan Ramadhan. Karena, tentunya kita khawatir Ramadhan yang akan datang takdir Allah tidak mempertemukan kita kembali. Namun, kita sekaligus juga ikhlas melepaskannya, karena hari ini Ampunan dan Karunia Allah diturunkan kepada setiap hamba-NYA yang telah lulus berpuasa.
Maka bertakbirlah dengan memuji Keagungan-NYA. Dari hati yang terdalam yang dipenuhi iman dan ketaatan, tampakkanlah kebahagiaan dan ketulusan. Sehingga nikmat, karunia, petunjuk atau hidayah Allah SWT akan menyertai langkah setiap muslim. Karena dengan hidayah itulah yang kemudian akan membimbing menuju cahaya Islam yang terang benderang, yaitu kehidupan yang sukses: sukses lahir dan bathin, sukses dunia hingga akhirat, insyaa Allah. Allahumma aamiiin… </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Setiap muslim-muslimah yang telah melaksanakan puasa Ramadhan, maka ia akan terbebas dari dosa dan kesalahannya sehingga menjadi suci kembali. Kesucian yang telah diperoleh dengan bersusah-payah tersebut, hendaklah terus dijaga dan dipertahankan hingga ke bulan-bulan berikutnya, dengan cara meningkatkan kualitas & kuantitas iman serta takwa-nya. Karena yang demikian merupakan inti tujuan kita berpuasa.</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">" <i>Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian (senantiasa) bertakwa. </i>" (QS. Al Baqarah: 183)</span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Perintah berpuasa adalah dalam rangka <i>la’allakum tattaquun</i>…. <i>La’allakum tattaquun </i>mengandung arti agar kalian terus bertakwa. Takwa yang tidak hanya dijaga pada saat berpuasa, tetapi takwa yang berkesinambungan atau kontinyu sepanjang bulan, hingga datangnya puasa pada tahun berikutnya.
Karena puasa adalah cara Allah SWT untuk membersihkan setiap muslim dari segala dosa selama satu tahun kemarin, kemudian menjaganya lagi setahun yang akan datang. </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Bertakwa artinya <i>wiqaayatunnafs</i>, menjaga diri dari nafsu duniawi yang berlebihan yang nantinya akan menjauhkannya dari beribadah kepada Allah. Bertakwa, menurut al Imam al Ghazali, meliputi tiga penjagaan diri, yaitu: <i>Wiqaayatus syarii’ah, Wiqaayatul aqiidah </i>dan<i> Wiqaayatul akhlaaq. </i></span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"><i>Wiqaayatus syarii’ah</i> artinya menjaga syariat agar puasa/ shalat wajib tidak ditinggalkan, mengerjakannya sesuai syarat dan rukunnya, dikerjakan dengan cara yang baik dan tidak boleh asal-asalan. Termasuk juga menjaga syariat ibadah lainnya selain ibadah puasa dan shalat lima waktu. </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Kemudian yang kedua: <i>Wiqaayatul aqiidah</i> yang artinya menjaga diri jangan sampai kita musyrik kepada Allah, menyekutukan atau menduakan Tuhan. Musyrik adalah orang Islam yang menyembah Allah tetapi dia berselingkuh. Maka, seorang muslim, hendaknya menjaga hubungan baik dengan Allah, tidak menyimpan persepsi maupun asumsi yang tidak baik (suudzon kepada Allah). Melihat tetangga berbahagia kita sedih, kemudian su-udzon kepada Allah karena merasa diperlakukan tidak adil. Oleh karena itu, janganlah suka ingin memiliki yang teman atau tetangga miliki. Karena setiap orang diberi anugerah oleh Allah itu sudah sesuai dengan takarannya masing-masing (Hikmah Tafsir Jalalain Surat Ali Imran ayat 193-200). </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Yang ketiga: <i>Wiqaayatul akhlak</i>, menjaga akhlak. Di antaranya yaitu menjaga lisan dari ucapan yang kasar (<i>kalamulfahsy</i>), ucapan yang tidak baik, ucapan yang buruk, ucapan yang bisa menyakiti hati sesama muslim, apalagi hati para ulama dan kyai yang notabene menjadi wakil Allah setelah masa tabiit taabiin. Maka orang yang melakukan keburukan semacam itu, pahala puasanya akan gugur. </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ! </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Puasa Ramadhan yang baru saja dijalani juga akan membentuk jati diri, prestise, identitas, potensi atau keistimewaan bagi setiap muslim. Orang Islam yang memiliki jati diri maka dia memiliki kemampuan dalam mengendalikan hawa nafsu serta berpotensi menyimpan keikhlasan dalam setiap ibadahnya, bersih dalam berfikir dan cerdas serta adil dalam memutuskan segala sesuatu. Orang yang bisa melakukan hal tersebut maka ruhaninya cenderung suci. Jika ruhaninya suci maka iman dan takwanya akan terjaga. Jika iman dan takwanya terjaga maka insyaa Allah keridlaan Allah juga akan mudah diperoleh. Dimudahkan dalam beribadah,dijauhkan dari sifat riya serta jujur kepada Allah, sesuai ikrarnya:</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚوَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> “ <i>Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-NYA, dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri</i> (<i>kepada Allah</i>). “ (QS. al-An’am : 162-163) </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Pembentukan jati diri ini pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika menghadapi kaum kafir di zamannya. Ada seorang kafir yang bertamu kepada beliau lalu disuguhi tujuh gelas susu dan orang ini lantas meminum semuanya. Namun ketika ia sudah masuk Islam dan baru hendak disuguhi gelas susu yang kedua, dia buru-buru menolaknya dengan halus: </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> “ <i>Wahai Rasulullah, cukuplah untukku, cukup untukku dengan segelas susu itu</i>.” </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Nabi SAW kemudian bersabda:</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> الْمُؤْمِنُ يَشْرَبُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَشْرَبُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Seorang mukmin cukup meminum dengan satu gelas, sedangkan orang kafir baru puas minum dengan tujuh gelas</i>. “ (HR. Muslim. No Hadis: 3843)</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ! </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Rangkuman dari khutbah ini adalah, bahwa potensi dasar yang dimiliki oleh manusia sesungguhnya adalah memiliki hati yang suci dan menolak dikotori. Maka ketika ada tekanan dari luar terhadap hak-hak kemanusiaannya (kesuciannya tersebut), sebenarnya dia memiliki kekuatan dan kewajiban untuk melawannya. Oleh karena itu, orang yang hatinya bersih, cenderung mampu membentengi diri dari sesuatu yang merusak iman dan takwanya. Selanjutnya orang yang lulus berpuasa salah satu cirinya adalah, ia memiliki jiwa yang tenang dan sabar dalam menghadapi segala sesuatu, tidak rakus seperti yang dicontohkan dalam kisah tadi, serta bisa menerima semua takdir Allah dengan ikhlas. </span></span></p><p><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"><i>Wallaahu a’lam bis-shawab</i>.</span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَذِكْرِ اْلحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ </span></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">KHUTBAH KE II <br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;"> اَللهُ أَكْبَرُ7 - لا إِلهَ إِلاَّ اللهُ واللهُ أكْبَرُ- اللهُ أكْبَرُوَلِلهِ الحَمْدُ </span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
فَيَاعِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلعَظِيْمِ: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيِّ, يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَأًصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. وَعَلَيْنَا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِماَتِ, وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ, اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اللّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْعَآئِدِيْنَ وَالْفَآئِزِيْنَ وَالْمَقْبُوْلِيْنَ.
اللّهُمَّ رَبَّنَا تَـقَـبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَا مَنَا وَرُكُوْ عَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَضَرُّ عَنَا
وَتَخَشُّوْ عَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَ نَا, يَا اَلله يَا اَلله يَا اَلله يَا رَبَّ الْعَا لَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآ خِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وصلى الله على النبي الامي وعلى آله وصحبه وبرك وسلم والحمد لله رب العالمين </span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ</span></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">(HST) <br /></span></span></p><p style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: arial;">Isi khutbah diambil dari berbagai sumber <script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
</span></span></p><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-81862934284656959682022-05-01T18:23:00.008+07:002022-05-01T18:27:19.114+07:00Lafal-lafal Niat Zakat Fitrah<p><span style="font-family: Kalam;"></span></p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdESdZoH63DWtKjnjU5ft4KMUdJT50K-u-NFfI5ml8J9Ni1k0wXzntlfM6SNgJ9crfbEsMccMldGFXBNfu24wAuo-8bLJolPQJ3b0B4AUH44maLpUXac3j_BjVaTFBEmcUES-4EQx6U7nX-vHgvSZL6IkheU_7VK79ZTwoKTjFos472f9uxG-oSVoG/s736/lafal%20niat%20zakat%20fitrah.png" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="413" data-original-width="736" height="113" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdESdZoH63DWtKjnjU5ft4KMUdJT50K-u-NFfI5ml8J9Ni1k0wXzntlfM6SNgJ9crfbEsMccMldGFXBNfu24wAuo-8bLJolPQJ3b0B4AUH44maLpUXac3j_BjVaTFBEmcUES-4EQx6U7nX-vHgvSZL6IkheU_7VK79ZTwoKTjFos472f9uxG-oSVoG/w200-h113/lafal%20niat%20zakat%20fitrah.png" width="200" /></a></div><span style="font-family: Kalam;"><b>Seluruh amal ibadah harus melibatkan niat</b>. Bukan hanya ibadah wajib tapi juga ibadah sunnah. Niat merupakan bagian dari penentu sah atau tidaknya suatu amalan. Tak terkecuali pada pelaksanaan zakat fitrah yang wajib ditunaikan oleh setiap individu Muslim, baik laki-laki, perempuan, dewasa, anak-anak, merdeka, ataupun hamba sahaya. </span><p></p><p><span style="font-family: Kalam;">Muhammad bin Qasim Al-Ghazi dalam Fathul Qarib mejelaskan, ada tiga kondisi yang membuat orang wajib membayar zakat. Pertama, beragama Islam. Kedua, menjumpai waktu wajibnya zakat, yakni akhir bagian dari Ramadhan dan awal bagian dari Syawal. Orang yang meninggal sebelum masuk 1 Syawal tak wajib zakat fitrah, begitu pula bayi yang lahir setelah habis bulan Ramadhan. Ketiga, memiliki makanan pokok yang melebihi dari kebutuhannya dan keluarganya pada saat hari raya atau malamnya. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Meski wajib mengeluarkan zakat, tak semua wajib menanggung sendiri beban kewajiban itu. Si A yang bertanggung jawab atas nafkah si B, wajib mengeluarkan zakat untuk si B. Misalnya, seorang ayah wajib menanggung zakat fitrah anak-anak yang menjadi tanggungan nafkahnya.</span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Kembali soal niat. Dalam konteks zakat fitrah, niat lebih dibutuhkan ketimbang ijab-qabul. Sebab, zakat bukanlah praktik transaksi (akad), selayak jual beli atau sewa-menyewa. Zakat adalah pemberian searah dari orang yang wajib kepada orang yang berhak. Tak ada pula syarat si penerima memberi suatu manfaat kepada si pemberi atas dasar apa yang diterima itu. Karena itu, niat dalam zakat fitrah adalah wajib, sementara ijab-qabul tidak. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Niat adalah i'tikad tanpa ragu untuk melaksanakan sebuah perbuatan. Meski niat adalah urusan hati, melafalkannya (talaffudh) dianjurkan sebab akan membantu seseorang untuk menegaskan niat tersebut. Talaffudh berguna dalam memantapkan i'tikad karena niat terekspresi dalam wujud yang konkret, yaitu bacaan atau lafal. </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Berikut beberapa lafal niat zakat fitrah dalam bahasa Arab: </span></p><p><b><span style="font-family: Kalam;">Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri:</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> ﻧَﻮَﻳْﺖُ أَﻥْ أُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْسيْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardu karena Allah Ta‘âlâ.” </span></p><p><b><span style="font-family: Kalam;">Niat Zakat Fitrah untuk Istri:</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.” </span></p><p><b><span style="font-family: Kalam;">Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki:</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku…. (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta‘âlâ.” </span></p><p><b><span style="font-family: Kalam;">Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan:</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ ... ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta‘âlâ.” </span></p><p><b><span style="font-family: Kalam;">Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga:</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَنِّيْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُنِيْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku, fardu karena Allah Ta‘âlâ.” </span></p><p><b><span style="font-family: Kalam;">Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan:</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ (..…) ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">“Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk… (sebutkan nama spesifik), fardu karena Allah Ta‘âlâ.” </span></p><p><b><span style="font-family: Kalam;">Saat menerima zakat fitrah, seorang penerima disunnahkan mendoakan pemberi zakat dengan doa-doa yang baik. Doa bisa dilafalkan dengan bahasa apa pun. Di antara contoh doa tersebut adalah seperti di bawah ini:</span></b></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"> ﺁﺟَﺮَﻙ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ </span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;">“Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan, dan semoga Allah memberikan berkah atas harta yang kau simpan dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu.” </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Perlu dicatat bahwa sebagaimana tak diwajibkannya talaffudh, penggunaan bahasa Arab ketika talaffudh itu dilakukan juga bukanlah keharusan. Seseorang bisa melafalkan niat tersebut dengan bahasa lokal masing-masing karena pada prinsipnya ia hanyalah "sarana bantu" untuk memantapkan niat berzakat fitrah, baik untuk diri sendiri ataupun orang lain. Yang paling pokok adalah terbesitnya dalah hati bahwa dia benar-benar bersengaja untuk menunaikan zakat fitrah. (Mahbib) </span></p><p><span style="font-family: Kalam;">Sumber: https://islam.nu.or.id/zakat/lafal-lafal-niat-zakat-fitrah-y7enw
</span><script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
</p><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-5931751204353558192022-03-08T07:02:00.001+07:002022-10-15T06:12:26.414+07:00Khutbah Jumat: Bulan Sya'ban Menuju Puncak Ramadhan<p style="text-align: right;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"> <span style="font-size: medium;">اَلْحَمْدُ لله على نعمه فى شهر شعبان, الذى جعلنا من المسلمين الكاملين, وأمرنا باتباع سبيل المؤمنين <br /></span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: medium;">وأشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الحق المبين, وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصادق الوعد الأمين, </span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: medium;">اللهم صَلَّى عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ أجمعين, وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. </span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: medium;">أما بعد- فيــا أيـهـا المسلمـــون رحمكــم اللــه, أوصيكم ونفسى بتقوى الله, وكونوا من المؤمنين الصادقين. </span></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: medium;">وقــال اللــه تعــلى في الــقرآن العظيــم, بســم اللــه الرحمــن الرحيــم :
قل يعباديَ الذين اَسرَفوا على انفسهم من رحمـة اللــه قلى ان اللّــه يغفــر الذنوب جميعــا قلى انه هو الغفــور الرحيم. [ 39 : 53 ]</span></span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Segala puji hanya milik Allah SWT. Maka jadikanlah hakikat pujian itu, ketika diucapkan kepada makhluk-Nya, niatnya tetap dalam rangka memuji DIA Sang Maha Pencipta-nya.</span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Shalawat dan salam, kehormatan dan kesejahteraan, dihaturkan kepada pembawa panji-panji Islam, pembawa syariat taqwa dan keteladanan untuk ummatnya yang beliau kasihi hingga akhir zaman. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Seorang muslim hendaknya tidak lupa untuk selalu bersyukur. Alhamdulillah hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk memasuki bulan sya’ban 1443 Hijriyyah. Bulan ketika pada malam ke 15 nanti, amaliyah seorang hamba diangkat dan diganti dengan catatan baru yang masih kosong. Seperti apakah raport kita? <i>Wallaahu a’lam bish-shawab</i>. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Sya’ban sebagai bulan yang yang dimuliakan oleh Rasulullah merupakan bulan persiapan menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Maka tidak menjadi masalah jika seseorang yang hendak menyambut bulan puasa kemudian menyusun menu berbelanja untuk berbuka dan bersantap sahur, berbelanja pakaian dan makanan, memperbaharui tempat tinggal, bahkan mungkin mengganti kendaraan baru, dsb. Karena semua itu menjadi bagian-bagian dari penyambutan bulan Ramahan nan berkah, insyaa Allah. Namun yang tidak boleh dilupakan adalah persiapan menu-menu ibadah yang terus ditingkatkan, dimulai dari sekarang.<br /></span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Sya’ban, juga ada yang menerangkan sebagai bulan pengikisan dosa, bulan introsfeksi atau mawas diri. Juga, jika mampu, bulan untuk memperbanyak puasa sunnah seperti yang dilakukan oleh Rasulullah,</span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: medium;"> ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ </span><br /></span></span></p><p style="text-align: center;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">" <i>Bulan itu (Sya‘ban) berada di antara Rajab dan Ramadhan adalah bulan yang dilupakan manusia dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadahku diangkat ketika aku berpuasa</i> ”. ( HR. an-Nasa’i)</span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Sya’ban ada pula yang memaknai sebagai 'jalan setapak menuju puncak'. Artinya bulan sya’ban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya untuk menapaki dan menjelajahi keimanan serta ketakwaannya dalam rangka mempersiapkan datangnya bulan suci Ramadhan. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Selain berpuasa sunnah, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam Hadits tadi, masih banyak cara dalam rangka pendakian menuju dan meraih puncak Ramadhan, yakni dengan memperbanyak istighfar, bershalawat kepada Rasulullah, berziarah kepada keluarga baik yang masih hidup ataupun sudah wafat, mempererat tali silaturahmi dan menyambung silaturahmi baru dengan sesama, memperbaiki akhlak, bershadaqah, zakat, dan semua jenis amal yang bernilai ibadah lainnya. </span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;">Demikian, semoga kita bisa melalui Sya’ban ini dengan baik dan dapat dipertemukan dengan bulan puasa Ramadlan nanti serta dapat merengkuh puncak emas atau pahala lailatul qadarnya. <i>Allahumma amin…</i></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"> بارك الله لى ولكم في القـرأن العظيم ونفعني واٍياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم. وتقـبل مني ومنكـم تـلاوتـه اٍنـه هو السمــيع العلــيم <br /></span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"> KHUTBAH II<br /></span></span></p><p style="text-align: right;"><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: medium;">اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَد ِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. وصلى اللــه على النبي الأُمّيّ وألـه وصحــبه وسلــم. والـحمـد للّـه رب الـعالمـين. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ</span> </span></span></p><p><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: arial;">Mesjid At-Takwa Kaliwadas </span></span></p><p><span style="font-size: x-small;"><span style="font-family: arial;">“ Sya’ban Menuju Puncak Ramadhan "</span></span></p><p><span style="font-family: arial;"><span style="font-size: small;"><span style="font-size: x-small;"><script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script></span></span></span></p><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-9107060760181648212016-09-17T17:43:00.006+07:002022-10-15T06:13:03.682+07:00Kisah Nyata: Tangan Malaikat Menyodorkan Kerikil Jumrah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Shadows Into Light Two;"><span style="font-size: medium;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTYJDYsaCQmXZQbUV0qT4S-fsDCZ9aNvkoy3V-xvT6kQjWotB2bALiz0UC7ixq694aBUaZxj4CwgjXUVNrVXo0tSqE473P4f3ty7bbFiS_rZGMrT5_UCiY4GV3zJ2uFNgXibWiBthun8g/s4128/gedung-jamarat-ula-wustha-aqabah-mekkah-al-mukarramah_20160912.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="2322" data-original-width="4128" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhTYJDYsaCQmXZQbUV0qT4S-fsDCZ9aNvkoy3V-xvT6kQjWotB2bALiz0UC7ixq694aBUaZxj4CwgjXUVNrVXo0tSqE473P4f3ty7bbFiS_rZGMrT5_UCiY4GV3zJ2uFNgXibWiBthun8g/s320/gedung-jamarat-ula-wustha-aqabah-mekkah-al-mukarramah_20160912.jpg" width="320" /></a></div><span style="font-family: Kalam;"> Gedung megah Jamarat adalah tempat di mana jutaan jamaah haji melempar Jumrah: <i>Jumrah Ula, Wustha</i> dan <i>Aqabah</i>. Melempar Jumrah artinya melemparkan tujuh kerikil batu pada masing-masing jamarat. Jamaah haji biasanya datang dalam waktu bersamaan, jumlahnya ribuan. Mereka datang ke satu titik 'Tugu Sasaran Lempar' seraya bertakbir. Setelah selesai segera menjauh, bergantian dengan jamaah haji lainnya yang datang dari arah belakang maupun sisinya.</span></span></span><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><br />
<span style="line-height: normal;"> Sesekali datang rombongan jamaah haji dari negara Afrika yang tinggi besar dan (konon) suka memaksa menerobos barisan jamaah lainnya yang berpostur tubuh lebih kecil. Aku bersama istri, jika mereka tengah memapas jalan, biasanya segera berjalan cepat menjauh ke depannya. Atau terkadang mengambil posisi melambat ke belakang tubuh mereka.</span><br />
<span style="line-height: normal;"><br /></span>
<b>Malaikat Penolong</b></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><b> </b><br />
<span style="line-height: normal;"> Ada keajaiban yang tak terlupakan ketika kami memasuki jamarat pada hari kedua tanggal 10 Dzulhijjah 1437 Hijriyyah. Selesai melempar tujuh kerikil pada Jumrah Wustha aku baru tersadar kantong berisi kerikil tujuh biji yang akan digunakan untuk balang Jumrah terakhir (Aqabah), menghilang begitu saja dari pergelangan tangan kiriku.</span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Sang istri bebrapa detik menjadi panik dan segera bergerak membantu mencari. Namun aku secepatnya meraih pundaknya agar berdiri menjauh. Sangat berbahaya berbalik arah apalagi sambil menunduk-nunduk ke bawah, di antara ribuan orang yang tengah beribadah melempar jumrah.<br /></span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Ketika meraih pundak istri untuk berdiri tiba-tiba hatiku seperti ada yang membisiki: “ <i>Ah, nanti juga ada Malaikat yang akan mengantarkannya!</i> “</span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Segera aku meminta kelebihan lima butir kerikil punya istri dan meminta tambahan dua kerikil lainnya dari seorang teman yang kebetulan lewat. Lalu kami segera berjalan menuju tugu terakhir, Jumrah Aqabah. Namun leher ini tiba-tiba tergerak ke belakang, menengok dan sempat terkesiap ketika seorang teman yang lain menyodorkan kerikil yang hilang bersama kantong putihnya !</span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Subhanallah Allaahu Akbar... Aku hampir tidak memikirkan kenapa dia bisa menemukan kantong kerikilku di antara ribuan kaki jamaah. Dan istrinya yang berada di sisinya, memberikan senyum termanis yang belum pernah kulihat hingga detik itu ketika saya mengucapkan kalimat “ <i>Terima kasih</i> ”.</span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Ajaibnya ketika kejadian tersebut kami ungkapkan lagi ke mereka ketika sudah berada di maktab (hotel), mereka sama sekali tidak mengakuinya! Bahkan mereka katanya sempat bingung ketika kami tersenyum mengucapkan terima kasih. </span><span style="line-height: normal;">" <i>Terima kasih untuk apa?</i> " tanya keduanya saat kejadian tersebut.</span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> Keajaiban lainnya adalah ketika aku dan istri 'bersitegang' bahwa yang memberikan kantong kerikil adalah istrinya kepada istriku. Kemudian istriku memberikannya kepadaku. Sedangkan aku sangat yakin bahwa yang memberikannya adalah suaminya langsung kepadaku! <br /></span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Allaahu akbar! Siapakah mereka ya Allah? Benarkah Malaikat-Malaikat yang Engkau utus untuk membantu kami dengan menyerupai kedua teman kami?</span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> </span></span><br />
<i><span style="font-family: Kalam;"><span style="line-height: normal;"> Wallaahu a'lam bish-shawab.</span></span></i><br />
</span></span></span><div><span style="font-family: Shadows Into Light Two;"><span style="font-family: Architects Daughter;"><span style="font-size: medium;">
</span></span><br /></span></div>
<span style="font-family: Shadows Into Light Two;"><script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script></span>
</div><span style="font-family: Shadows Into Light Two;">
</span><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0Mina Train Station 2 - Jamarat, King Abdul Aziz Rd, Al Mashair, Mecca 24243, Arab Saudi21.418247 39.87093040000002-7.7057490000000008 -1.4376635999999792 50.542243 81.17952440000002tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-66015757557337264192016-09-11T10:39:00.002+07:002022-03-09T18:18:25.978+07:00Syahdunya Wukuf di Padang Arafah<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;"><span style="font-family: Courgette;"><span style="line-height: normal;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEicCA7Nn9hd2Ell1rszXjvaPpigrpFrKusMkOrv6u1ikIRXS48cA1gxO-aB9Sj5aI3ISknqHGotmC52PcozEWtvmoaPqGo01xj6T0ykXK0TYQJayrxJJ7S0NfV_bZyJwxXl-J9JCmhOe3DN1z0KsQOYrNgrLZnhiO1j4Ro24a5Nih5WD9I434ucMkSH=s800" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="450" data-original-width="800" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEicCA7Nn9hd2Ell1rszXjvaPpigrpFrKusMkOrv6u1ikIRXS48cA1gxO-aB9Sj5aI3ISknqHGotmC52PcozEWtvmoaPqGo01xj6T0ykXK0TYQJayrxJJ7S0NfV_bZyJwxXl-J9JCmhOe3DN1z0KsQOYrNgrLZnhiO1j4Ro24a5Nih5WD9I434ucMkSH=s320" width="320" /></a></div></span></span></div><span style="font-family: Courgette;"><span style="line-height: normal;">HAMBA ADALAH SEORANG DIRI di antara jutaan <i>dhuyufurrakhman </i>yang ikut berjubel-jubel di bawah terik matahari 40°C</span>
di padang Arafah. Padang Arafah yang menurut cerita 'mantan' jamaah haji merupakan ibadah haji terberat yang dilakukannya. Tanah atau lebih tepatnya pasirnya begitu gersang dan tandus, meski di sini telah tumbuh beberapa jenis pohon, termasuk pohon Soekarno ( presiden pertama RI ).
<span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Hamba tak bisa membayangkan bagaimana dahulu perjalanan Nabiyullah Adam <i>'Alaihissalam </i>dan Hawwa, dari dua tempat berbeda, seratus tahun (Kitab Durratun Nasihin) kemudian baru di pertemukan di sini, Jabal Rahmah, Padang Arafah.</span><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Hamba, sesuai yang dialami secara pribadi di miniatur makhsyar ini, memandang dan merasakan puncak ritual ibadah haji ini alhamdulillah tidak seperti yang diceritakan orang-orang<i>. Alhamdulillah s</i>emuanya berjalan dengan baik. Ada perasaan kerasan, nikmat, bahkan ada juga kesyahduan hati yang tidak terlukiskan.</span>
<span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Jika saya saja yang entah cicit keberapa dari pasangan manusia pertama Nabi Adam dan Hawa bisa merasakan kesyahduan di padang Arafah, lalu bagaimanakah suasana hati sepasang manusia pertama surga ketika kali pertama dipertemukan di muka bumi ini? Tentu kesyahduannya tidak terbayangkan! Subahaanallah...</span><br />
<span style="line-height: normal;"><b><br /></b></span>
<span style="line-height: normal;">
</span> <span style="line-height: normal;"><b>Ujian Kesabaran Lebih Berat dari Menahan Terik Matahari Padang Arafah</b></span><span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Taubat yang diteriakkan, sesal dosa yang sudah hamba lakukan selama ini, harapan dan doa untuk diri serta orang-orang tercinta di tanah air berbaur menjadi satu dengan isak haru, sedih, kecewa dan lain-lain karena bertubi-tubi mengalami begitu banyak karakter jamaah lain yang egois dan kurang simpatis kepada sesama jamaah_bersamaan khutbah wukuf disampaikan oleh sang khatib kala menyatakan bahwa, " Allah Swt turun langsung dan mengajak para malaikat-NYA agar menyaksikan, bahwa saat ini DIA memberikan ampunan kepada para pendosa serta memberikan pengkabulan atas seluruh doa hamba-NYA yang datang dari berbagai belahan dunia... "</span>
<span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Hati yang tersenyum bahagia tiba-tiba menjadi takut ketika khatib juga menyampaikan, bahwa saat ini Allah juga tengah memilih siapa saja hamba-NYA yang pantas mendapat gelar haji <i>mabrur wamabrurah.</i></span>
<span style="line-height: normal;"> </span><br />
<span style="line-height: normal;"> Ya Allah, hamba datang bersama seorang istri tercinta dan sudah menghabiskan banyak biaya, tenaga, fikiran serta harapan dan kepasrahan puncak, jika Engkau tidak mengabulkan tujuan kami menjadi haji </span><i style="line-height: normal;">mabrur</i><i style="line-height: normal;"> </i><i style="line-height: normal;">wamabrurah</i><i style="line-height: normal;">, </i><span style="line-height: normal;">maka</span><span style="line-height: normal;"> betapa kami termasuk golongan orang-orang yang merugi... Lalu bagaimana pula nasib teman-teman hamba yang lain, ya Allah? </span><span style="line-height: normal;">Ya Allah yaa Rabbi, siapa sajakah hamba-Mu yang beruntung itu?</span></span></div>
<div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0Arafah, Al Mashair, Mekkah 24256, Arab Saudi21.3548853 39.98411599999997220.235033299999998 -1.3244780000000276 22.4747373 81.292709999999971tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-16171431300726407252016-08-06T00:47:00.248+07:002022-10-15T06:59:28.112+07:00Cerita Persiapan Menjadi Tamu Allah SWT<p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Tubuh ini rasanya bergetar hebat. Getaran yang sangat terasa hingga menelusup ke relung hati yang terdalam. Bukan getaran hati apalagi dada. Tetapi aku meyakini ini adalah getaran di kedalaman fuadku!
Masya Allah… Ya Allah, benarkah hamba-MU yang fakir segalanya ini benar-benar telah memulai berjalan menuju panggilan-MU? </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Langkahku terpaku. Aku baru tersadar ketika seorang satpam sebuah bank syariah menyambutku dengan mengucapkan salam, mempersilakan kami (aku dan istri) masuk ke sebuah ruang pendaftaran calon jamaah haji.
Subhanallah… Baru kali ini aku masuk ke sebuah bank disambut dengan salam Islami. Perasaan hanyut, syahdu dan melambung di ruang direktur yang kemudian membuatku serasa di ruangan yang sangat sejuk, layaknya di negeri antah berantah. Bukan sejuk karena hembusan AC, atau angin kemarau yang menelusup lewat sela pintu yang tidak tertutup rapat. Siapa pun bisa membedakan kedua semilir angin ini. Dan angin duniawi itu hanya mampu menyibak keringat di pori-pori kulit saja. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Lalu siapakah yang menghembuskan kesejukan ini? Wallahu a’lam. Mungkinkah hanya perasaan <i>gede rasa</i>ku saja? Jawabannya tetap sama WALLAAHU A’LAM BISH-SHAWAB. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Peristiwa ‘bathiniyyah’ ini berlangsung ketika kami sudah mantap mendaftar haji di sebuah bank syariah. Perasaanku di depan bank itu rasanya bukanlah sebuah <i>nervous</i> apalagi suka cita, tetapi lebih kepada keraguan yang sekelebat sempat muncul: Apakah aku mampu melunasi pembayaran dua porsi calon haji puluhan juta rupiah dalam tempo 1,5 tahun ke depan? Aku sadar diri tentang kemampuan duniawi. A’udzubillaahi minasy syaithaanir rajiim… Beruntungnya Allah menyadarkanku dari keterpakuan beberapa detik itu. Kata orang 'alim, bisikan Malaikat itu akan lebih kuat membentengi daripada rayuan <i>nina bobo</i> Syaitan ketika kita segera ‘fokuskan kehambaan’ kita kepada Sang Maha Penguasa. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Alhamdulillah… perasaan itu pada detik selanjutnya terhancurkan ketika kami keluar dari ruang direktur, setelah selesai menandatangani tanpa ragu setumpuk kertas persyaratan. Kami sama-sama merasakan dan saling memandang. Ada keharuan yang membuncah serta kemantapan hati nan membaja, menerobos masuk memenuhi keraguan hati sebelumnya. Sehingga tanpa sadar setitik air mata menggenang di pojok mata. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Allaahu akbar...! Ternyata saat ini kami sungguh-sungguh nyata menjadi calon jamaah haji dengan langsung mendapatkan nomor porsi! </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"><b>Menyombongkan Kemahakuasaan Allah Agar Tetap Sadar Kita Hanyalah Seorang Hamba</b></span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Rasanya begitu cepat jam di dinding rumah berputar, begitu cepat pula kalender bulan berganti. Sehingga kami juga harus berkejaran dengan waktu agar tidak sampai terlambat mengisi setoran. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Alhamdulillah... kami harus mengakui dan bersyukur kepada Allah, karena sesungguhnya uang setoran itu datangnya lebih cepat dari tanggal setoran yang sudah kami tentukan sendiri setiap bulannya !
Sesungguhnya, sebelum berangkat haji saja Allah sudah begitu banyak menunjukkan ‘ketepatan janji-NYA’… </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Ini bukanlah pepesan kosong apalagi pernyataan takabbur, tetapi lebih kepada mempertontonkan Kemahabesaran Allah SWT. Demi Dzat-NYA kami dan kita semua hanyalah makhluk yang hanya bisa berencana dan berikhtiar saja, selanjutnya keputusan mutlak hanya ada pada Sang Maha Berkehendak, Allah SWT. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Maasya Allah… Dahsyat sekali Allah mengatur kehidupan ini sehingga kami acapkali terpaku, terbengong-bengong dan kadang bermalu hati, karena sebelumnya sempat timbul banyak pertanyaan dalam hati: Dari mana akan aku dapatkan dana untuk mengisi tabungan haji bulan ini? Lalu bagaimana dengan kebutuhan yang lainnya? Mungkinkah? Mungkinkah? </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Perasaan tidak yakin pada kemampuan diri dan keraguan akan qudrat dan iradat-NYA, terkadang datang menggoda. Aku kadang lupa, betapa rakhmat Allah itu begitu luasnya, tanpa batas! Astaghfirullaah…. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Guru kita mengajarkan agar banyak-banyak membaca shalawat, bahkan jika mampu di setiap gerak langkah, tarikan dan hembusan nafas kita yang keluar senantiasa diiringi dengan bacaan ini. Setidaknya tiga kali sehari janganlah sampai melupakannya, terutama ketika ada kegundahan hati. Meski tidak ‘istiqamah dalam kualitas’ dan kuantitas, insya Allah ‘bisikan Malaikat’ kerap akan mengingatkan langkah kita: “ <i>kami ada karena Rasulullah SAW telah diadakan terlebih dahulu oleh Allah</i> SWT. “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Maka, marilah bersama membaca shalawat : “ <i>Shallallaahu ‘alaa Muhammad </i>atau <i>Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad!</i> “ Yakinlah setelah itu PASTI akan ada ketenangan, lebih optimistis dan berbaik sangka lagi pada takdir Allah yang sedang berjalan. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"><b>Susahnya Menghitung Nikmat Allah Meskipun Dalam Bentuk Uang Sendiri</b> </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Agak kesulitan aku menuangkannya dalam bentuk tulisan. Karena aku sendiri hingga detik ini tidak mampu menghitung-hitung dan ‘menjawab jujur’ ketika sesekali ada kawan yang terheran dan bertanya-tanya tentang kisah ‘perjalanan finansial’ kami dalam proses pendaftaran haji hingga sekarang. Mereka memandang, sekali lagi memandang ada yang luar biasa dalam kehidupan kami.</span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Maasya Allah… Begitu banyakkah uangku sehingga begitu susah untuk menghitung dan menulisnya di sini? Memandang orang lain memang akan lebih mudah daripada memandang diri sendiri.
Seandainya, rasa-rasanya jika diberi rezeki uang yang tak terhitung aku akan merasa tidak pantas dan kuat, akan pingsan dan setelah sadar mungkin segera akan menyusun daftar kemewahan yang harus menjadi prioritas. Namun, semoga jika itu terjadi hati ini akan terarahkan untuk lebih memilih mengucapkan: “ <i>Innalillahi wa innaa ilaihi raaji’uun</i> “ daripada kalimat “ <i>Alhamdulillah</i>… “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"><i>Lho</i>, apakah itu tidak salah menerapkan kalimat? Kalau ada yang bertanya seperti itu tanyakan saja langsung kepada ahlinya! Karena kalau bertanya kepadaku jawabannya tidak akan jauh dari kalimat : <i>Lho</i>, wong ini kan masih seandainya? </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Ada kisah ketika aku <i>sowan</i> dan kali pertama menemui seorang ‘alim. Dalam sebuah perbincangan agamis tiba-tiba beliau beralih menatapku dan bertanya tanpa jeda:
“ <i>Apakah kamu ingin kaya?</i> “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"> “ <i>Tidak</i>! “ Jawabku spontanitas.<br /></span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Betul, apakah kamu tidak ingin kaya</i>?! “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Tidak</i>! ”
Jawabku kembali seraya geleng kepala sebagai penegasan. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Sehingga beliau kemudian tersenyum menunduk, berujar dengan, menurut pendengaranku, datar-datar saja;
“ <i>Baiklah, kalau kamu tidak ingin kaya saya doakan kamu menjadi orang miskin.</i> “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Banyak santri beliau yang lain yang mengkisahkan bahwa beliau adalah orang yang ‘luar biasa’. Kata-katanya akan menjadi nyata karena mempunyai kemampuan ‘melihat’ masa depan. Namun aku tetap tidak menyesal dan berusaha tawakkal. Tetap terus bekerja, bekerja dan berdoa. Setelah itu pasrah <i>bongkokan </i>kepada Sang Maha Pemberi Rezeki. Kita sama-sama meyakini, ketika karunia Allah akan ditimpakan kepada seseorang, maka seluruh manusia tidak akan mampu menghalangi. Sebaliknya ketika kehinaan sudah Allah timpakan kepada seseorang, seluruh manusia juga tidak akan mampu memuliakannya. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Sehingga kemudian tanpa sadar aku merasakan, sepertinya seiring berjalannya waktu, Allah sebaliknya justru terus menambah ‘pundi-pundi kekayaan’ kepada keluarga kami. Bukanlah kekayaan materi yang aku maksud, karena spesifikasi sosok orang kaya antara kami dengan orang lain mungkin berbeda pandangan dan pemaknaan, tetapi lebih kepada kekayaan ‘perasaan hati’. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Dalam kalimat yang lebih tegas kami lebih setuju pemaknaan sosok orang kaya adalah sebagai orang yang sudah merasa cukup dengan rezeki yang diterimanya, berapapun jumlah yang dikaruniakan Allah kepadanya, meskipun bagi orang lain itu tidaklah ada apa-apanya. Sebaliknya sosok orang miskin adalah orang yang selalu merasa kurang meskipun sesungguhnya bagi orang lain ia sudah bergelimang harta dan kemewahan. </span></span></p><p><b><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Hiduplah Sesuai Proses yang Dikehendaki Allah SWT </span></span></b></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Saat ini, setelah kurang dari enam tahunan menunggu, akhirnya Allah berkenan akan menerbangkan kami menuju tempat tersuci-NYA di muka bumi, <i>Makkatul al Mukarramah</i> dan <i>Madinatul al Munawwarah</i>, insya Allah pada tanggal 27 Agustus 2016 nanti.
Yang pasti kami akan terus banyak bertanya dan belajar, belajar memandang ‘masalah’ dengan ketelanjangan mata serta kedalaman hati, bahwa dunia ini betul-betul <i>fana</i>, <i>washilah</i>, persinggahan, sarana dan hanya amanat semata, dalam menuju pada keabadian (alam akhirat). </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Beberapa nasehat sang guru dan ayah tercinta (almarhum) banyak mempengaruhi hidup dan kehidupan kami. Dengan kerendahan hati alfakir merangkumnya di sini:</span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"> “ <i>Hiduplah sesuai proses yang dikehendaki oleh Sang Maha Pencipta, sebaliknya janganlah kalian hidup sesuai kehendak anda (nafsu)</i>. “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Persoalan : Bagaimana mungkin kita tahu Allah akan mentakdirkan kita seperti apa? </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Solusi : Dekati Alim ulama, di sana ada ribuan jawaban. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Carilah karunia Allah yang ada di sekitarmu saja dahulu. Karena mungkin saja hidayah Allah sesungguhnya tidak lebih dari satu langkahmu.</i> “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Persoalan : Terkadang orang menginginkan yang lebih sehingga berlari cepat menggapai lambaian kesuksesan yang jauh dari pandangan mata. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Solusi : Tidak selalu kesuksesan itu meninggalkan tanah kelahiran dengan dengan merantau ke negeri orang. Tetapi terkadang kesuksesan itu sesungguhnya ada di depan mata. Tinggal bagaimana seseorang itu pandai-pandai menggali, mengolah dan mewujudkannya menjadi sesuatu yang nyata. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Ikhlaskan seikhlas-ikhlasnya musibah ataupun ujian yang Allah timpakan kepadamu. Semakin cepat engkau mengikhlaskannya maka akan semakin cepat pula Allah memberikan gantinya</i>. “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Persoalan : Didera musibah atau ujian, bisnis merugi, tertipu oleh kolega, dll. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Solusi : Jangan pantang menyerah dan cepat bangkitlah, selalu ada jalan ketika semua dikembalikan kepada Allah, senantiasa membaca shalawat agar diberi ketenangan hati dan fikiran. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Belilah sesuatu setelah itu menjadi kebutuhan. Dan jangan membeli sesuatu ketika hanya menginginkannya saja</i>. “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Persoalan : Teman, tetangga sudah lebih dulu bermewah-mewah dan bermegah-megah. Masa, <i>sich</i>, kita tidak bisa seperti mereka? </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Solusi : Jangan mudah <i>gimir</i>, tengadah sedikit saja untuk ‘mencuri’ ilmunya kenapa mereka bisa kaya, tetapi kemudian lebih banyak menunduk untuk selalu melihat bayangan diri. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Saya tidak mungkin bisa seperti kamu. Kamu sudah jelas penghasilannya dari sana-sini.</i> “ </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Persoalan : Seorang kolega pernah mempertanyakan ketidakmustahilan dirinya bisa menggapai apa yang menurutnya hanya angan-angan. Dia memandang dirinya tidak mungkin mampu membeli ‘sesuatu yang terlalu mahal’ karena melihat realita <i>income</i> dirinya sendiri setiap bulan. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Solusi 1 : Seseorang itu perlu bermimpi, punya cita-cita kemudian berikhtiar dan berdoa tanpa prasangka buruk pada kemampuan diri dan takdir-NYA. Hak Allah nanti yang akan mewujudkannya atau sebaliknya. Keduanya pasti mengandung hikmah. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Solusi 2 : Orang tidak punya seharusnya juga bisa bercita-cita dengan mantap agar bisa berhaji. Jika suatu saat tidak bisa terlaksana karena tidak mampu atau meninggal, setidaknya ia sudah mendapatkan pahala dari niatnya tersebut.</span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">“ <i>Jangan pernah ragu untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima (berhaji). Biayanya memang mahal tetapi sesungguhnya itu terlalu murah untuk membeli karcis tanda masuk ke dalam Surga.</i>” </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Persoalan : Salah satu pihak (istri atau suami) dan atau keluarga yang lain lebih memilih memberi arahan membeli mobil atau yang lainnya, merasa banyak dosa karena khawatir dan malu di Mekkah atau madinah nanti Allah memberi teguran keras karena kesalahannya selama ini, dan alasan-alasan yang lainnya. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Solusi : Mantapkan niat dan fokus menghadap Sang Maha pencipta: manusia dilahirkan tidak membawa apapun, ia tak lebih seorang hamba yang ‘telanjang’ dan memerlukan ‘pakaian’ Allah sebagai Sang Penciptanya. Harus merasa beruntung jika ditegur Allah ketika masih hidup. Merasa yakin Allah akan ‘mengganti' berlebih-lebih biaya haji yang dikeluarkan. </span></span></p><p><i><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Wallaahu a’lam bish-shawab. </span></span></i></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Dihadiahkan untuk ayahku tercinta semoga beliau ditempatkan di tempat yang termulia, seperti halnya Allah menempatkan manusia-manusia pilihannya. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;">Terima kasih tak terhingga untuk guru-guruku tercinta, semoga Allah SWT panjangkan umurnya agar senantiasa istiqamah mengayomi santri-santrinya, diberkahi hidup dan kehidupannya, <i>Allaahumma aamiiin</i>….. </span></span></p><p><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"> </span></span><span style="font-size: medium;"><span style="font-family: arial;"><i>Semoga tulisan ini akan selalu menjadi kaca benggala bagiku serta membawa manfaat untuk sahabat semua.</i> <br /></span></span></p><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-38148323484482119242013-05-03T21:34:00.002+07:002022-03-09T18:00:35.013+07:00Kisah Sedih Janda Beranak Dua<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div>
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj77BYicASJz5KysB3GBN_7fneWQSCLOFHH3anKVF1zJfSxfHB7kLqFNksF7m3dGGT-hMdLYcjvZByF2NzMTyrkm6PsDkMkVt7Ea5RttsBKpaIYBwMWWw_Vss2nV8mfLLBNGOI0T8AcH8AFRp5TwjRpdwTI_9KMKI_hbDuhWz55Y-G-EpqxwwO2zSTo=s640" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="640" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/a/AVvXsEj77BYicASJz5KysB3GBN_7fneWQSCLOFHH3anKVF1zJfSxfHB7kLqFNksF7m3dGGT-hMdLYcjvZByF2NzMTyrkm6PsDkMkVt7Ea5RttsBKpaIYBwMWWw_Vss2nV8mfLLBNGOI0T8AcH8AFRp5TwjRpdwTI_9KMKI_hbDuhWz55Y-G-EpqxwwO2zSTo=w200-h150" width="200" /></a></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: small;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Kisah ini berdasar pada cerita seorang teman yang notabene masih ada hubungan persaudaraan dengan tokoh di bawah. Admin mempublikasikannya di sini sebagai tadzkirah dan berharap dapat mengetuk hati setiap pembaca yang budiman.</span></span>
</span></div><div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span style="font-size: small;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"> Adalah seorang perempuan perkasa, single mother dengan dua orang anak yang masih kecil-kecil, di sebuah desa terpencil wilayah Jawa Tengah. Sebut saja namanya Siti Masitoh, perempuan kuat yang memikul beban dan tanggung</span></span><span style="font-size: small;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"> jawab melanjutkan bahtera rumah tangganya sendirian. Sementara </span></span><span style="font-size: small;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">dua orang anaknya sudah </span></span><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">bersekolah di Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Pertama. Ia membiayai hidup diri dan dua orang anaknya itu dari belas kasih tetangganya yang memberinya pekerjaan dengan upah pas-pasan.</span></span></div><span style="font-family: Kalam;">
</span><div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"><span style="font-size: small;"> Kemana suaminya ? Dia telah lama pergi, bukan meninggal, tetapi lari dari tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga. <i>Alih-alih</i> dia meninggalkan harta benda atau usaha untuk kelanjutan hidup istri dan dua orang anaknya, tetapi justru meninggalkan banyak hutang ke tetangga yang otomatis menjadi tanggungan istrinya. Rumah yang ditinggalkannya pun tak lebih sebuah gubuk yang hampir roboh karena tidak rutin direnovasi setiap tahunnya</span>. </span></span></div><span style="font-family: Kalam;">
</span><div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"> Hidup Masitoh menggantung. Disebut janda masih bersuami, berstatus punya suami tetapi bertahun-tahun tidak mendapatkan nafkah lahir bathin. Dan kian memprihatinkan lagi karena kakak satu-satunya, Syafei, yang dikaruniai kekayaan seolah tidak perduli dengan nasibnya. Bahkan ketika ia sakit dan harus dibawa ke rumah sakit umum Margono di Purwokerto, sang kakak yang mengantarkan dengan mobil rentalnya kemudian meminta biaya sewa!<br /></span></span></div><span style="font-family: Kalam;">
</span></div><span style="font-family: Kalam;">
</span></div><span style="font-family: Kalam;">
</span><div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif" style="font-size: small;"> Rizal, salah seorang tetangga Masitoh yang ikut mengiringinya hanya bisa mengusap dada. Ia kemudian yang akhirnya ikut menanggung biaya itu.</span></span></div>
</div>
</div><span style="font-family: Kalam;">
</span><div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif" style="font-size: small;"> Kini, perempuan itu telah tiada, meninggalkan dua orang anak yang kebingungan harus menyandarkan keberlangsungan hidupnya kepada siapa. Ayahnya ? Dia tidak datang ketika sang istri meninggal dunia. Lalu bagaimana dengan <i>Syafei,</i> kakak ibu mereka ? Dia seolah tidak menganggap bahwa keduanya masih ada.Terbukti acara <i>tahlilan</i> yang rame-rame disponsori para tetangga itu pun tak diindahkannya. Dia memang ikut hadir, tetapi tidak ada sumbangan suguhan bagi para pelayat atau jamaah tahlil darinya, seperti pada umumnya kaum sunni . Bahkan uang hasil orang berta'ziyah sejumlah seratus duapuluh ribu yang dipegang istrinya pun berkurang limapuluh ribu! Maasya Allah... !</span></span></div>
</div>
</div><span style="font-family: Kalam;">
</span><div>
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif" style="font-size: small;"> Sedemikian sulitkah membetangkan tangan dan memberi kasih sayang kepada seorang saudara? Semoga perempuan kuat itu diterima di sisi Allah yang Maha Kaya dan Berkuasa. Sehingga ia diberi keistimewaan untuk mendoakan kebahagiaan dan kesuksesan kepada kedua anaknya, aamiin.....</span></span></div>
</div>
</div><span style="font-family: Kalam;">
</span><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: Kalam;">
</span><div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif" style="font-size: small;"> Wallaahu a'lam bish-shawab.</span></span></div>
</div>
</div>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script></div>
<div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0Bumiayu, Indonesia-7.2532076000000014 108.98588199999995-7.379221600000001 108.82452049999995 -7.1271936000000018 109.14724349999995tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-92213987057528123722013-04-15T19:13:00.004+07:002022-07-26T06:16:13.318+07:00Sejarah Rebana Indonesia di Bumiayu<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib-Rp_zMzqa48XpAPpqgfcVrHrY8Y5odLBOwX1WKukJFE6CSl5tvDYx_hmnb_sfoAewqUc0UyIubixo4mYwWfRlGQfGtg5WXcCktGosqrUpz4uP4WnUVFrQc1c92RqoofUVTmLkaEfmlDb0ZR9NMPD-dIgN2P_Uxr-Db-SAuTaouF9eALt1FJsjG95/s640/Gladi%20bersih%20gq.al-mawa-sumedang-di-gbk-soekarno-07122015.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="480" data-original-width="640" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEib-Rp_zMzqa48XpAPpqgfcVrHrY8Y5odLBOwX1WKukJFE6CSl5tvDYx_hmnb_sfoAewqUc0UyIubixo4mYwWfRlGQfGtg5WXcCktGosqrUpz4uP4WnUVFrQc1c92RqoofUVTmLkaEfmlDb0ZR9NMPD-dIgN2P_Uxr-Db-SAuTaouF9eALt1FJsjG95/s320/Gladi%20bersih%20gq.al-mawa-sumedang-di-gbk-soekarno-07122015.jpg" width="320" /></a></div><b><span style="font-family: arial;">Deskripsi Rebana</span></b><br /><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: arial;">
<br />
Rebana, Genjring, Kencer atau yang dalam kosakata bahasa Inggris disebut Tambourine [Membranophone] adalah alat musik tepuk, pukul, perkusis, dan Islamis. Terbuat dari papan kayu pilihan, kemudian dibulatkan dan dilobangi menggunakan mesin bubut bertenaga listrik, serta didesain secara khusus. Sisi lobang sebelah dipasang kulit kambing yang sudah disamak putih, sedangkan lobang yang lain digunakan untuk pegangan tangan. Dengan keterampilan, keahlian serta kesabaran dalam
</span><span style="font-family: arial;">penggarapannya, maka akan menghasilkan salah satu karya seni tradisional Islamis dalam bentuk Rebana. Dan jika dipukul, akan keluarlah nada suara nan khas.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: arial;"><br />
Instrumen rebana yang bagus adalah yang bersuara jernih, tidak fals, dan tentu saja, berpenampilan ekslusif (seni). Karena rebana termasuk salah satu jenis seni kerajinan yang semestinya digrap dengan jiwa seni pula.<br />
<br />
<b>Sejarah Rebana di Kaliwadas</b><br />
<br />
Eksistensi Rebana Kaliwadas - Rebana Bumiayu, Jawa Tengah, bermula dari keuletan almarhum bapak Madali dan bapak Toip dalam membuat alat musik Islami ini pada era 1940 - 1950-an. Saat itu pembuatan rebana bisa dibilang masih terbatas dan hanya sebagai pengisi waktu luang, disela-sela kesibukan mereka bertani. Pembeli dan penikmat suaranya yang khas pun masih sebatas orang-orang berusia tua dan di daerah terdekat saja. Jenisnya saat itu hanya ada dua macam, yakni Rebana Syrakal ( Genjring ) dengan diameter 36-39 cm dan Jawa Klasik yang konon merupakan warisan kanjeng Sunan Kalijaga, yang terbuat dari Glugu atau kayu Kelapa.<br />
Pembuatan frame, badan atau kluwung rebana dan Jawa saat itu masih menggunakan cara manual dan tradisional, yaitu dengan menggunakan Tatah ( pisau khusus ) untuk melobangi dan mendesainnya. Itu pun masih bekerja sama dengan seseorang yang berasal dari daerah Jatilawang, Banyumas. Baru pada era 70-an bapak Toip mulai merancang pembuatan kluwung rebana dengan menggunakan mesin bubut bertenaga kaki ( digenjot ).<br />
Pemasaran rebana, pada zaman itu, masih menggunakan cara tradisional. Yakni mengedarkannya dengan cara dikelilingkan dari kampung ke kampung, dari pintu ke pintu oleh para bakul ( marketing ) di wilayah Jawa Tengah khususnya daerah Brebes, Tegal, Pekalongan dan Banyumas. Juga sebagian kecil wilayah Cirebon, Jawa Barat.<br />
<br />
<b>Sejarah Rebana Kaliwadas di Jakarta</b><br />
<br />
Lambat laun seni kerajinan rebana mulai bergaung jauh ke mana-mana, sehingga seorang saudagar dari Tasikmalaya bernama H. Sulaeman ( alm. ) datang berkunjung pada tahun 1970-an. Beliau adalah pemilik toko perhiasan atau pernik-pernik dari laut di depan musium Bhahari jalan Pasar Ikan Jakarta. Begitu menyaksikan keuletan dan kerajinan bapak Toip yang notabene pembantu bapak Madali dalam membuat rebana, maka kemudian beliau mengajaknya bekerja sama dengan membuka usaha sendiri, memberikan modal gratis, serta memasarkan produk rebananya lewat tokonya, Kelak toko H. Sulaiman diberi nama toko Setia.<br />
Nah, dari Toko Rebana Setia inilah akhirnya Rebana Kaliwadas - Rebana Bumiayu yang notabene asli produk Toip, mulai dikenal luas. Sehingga lahirlah Sentra Rebana Kaliwadas produk Toip di Jakarta. Dan, rupanya antusiasme masyarakat Islam Jakarta khususnya pada seni rebana begitu besar, sehingga dua pengusaha lain di pasar Ikan kemudian ikut-ikutan memasarkan alat musik yang lebih dikhususkan sebagai pengiring sholawat ini. Bahkan toko musik di wilayah Jakarta lainnya serta luar Jawa mayoritas mengambilnya dari sini.<br /> Sekarang tiga toko di jalan Pasar Ikan Penjaringan, Jakarta Utara itu pengelolaannya sudah pada generasi ke II masing-masing. Produk Toip pun kini pengelolaannya sudah diberikan pada anak-anaknya dengan membawa merek masing-masing, tanpa menghilangkan nama Toip di belakangnya.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: arial;"> <br />
<b>Market Rebana Solichin Toip</b><br />
<br />
Puncak kejayaan rebana berlangsung pada era presiden KH. Aburrakhman Wahid (Gusdur) pada tahun 1999 hingga sekarang. Saat itu <a href="https://www.facebook.com/Lihin72/" target="_blank">Solichin Toip</a> baru satu tahun mendirikan usaha sendiri dengan membentuk badan usaha <a href="https://www.facebook.com/SolichinToip/" target="_blank">Suara Tunggal Bahana</a> yang baru di daftarkan di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Brebes pada tahun 2010 yang lalu, sebagai sebuah perusahaan perorangan.<br />
Berbeda pada awal-awal kami masih membawa nama Toip yang langsung dikelilingkan sendiri hingga daerah kuningan, Jawa Barat, sekarang market kami sudah jauh lebih baik, dengan mengajak kerja sama toko musik-toko musik lain (selain di daerah Jakarta), Koperasi Pesantren, para pelatih, dan individu-individu dari berbagai kalangan di seluruh wilayah Indonesia. Selain yang memesan lewat jaringan kami, lebih banyak para pembeli alat musik produk Solichin Toip yang datang langsung ke rumah ( tempat usaha ) atau memesannya via situs <a href="http://www.solichin-toip.com/" target="_blank">http://www.solichin-toip.com</a> dan dan toko online <a href="https://shopee.co.id/rebana.stb/" target="_blank">Shopee</a>.</span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: arial;"><br />
<b>Apresiasi Televisi Nasional Trans7 dan Televisi Lokal RCTV Cirebon</b><br />
<br />
Produk Suara Tunggal Bahana dengan label Solichin Toip semakin dikenal luas dan diakui kualitasnya. Di tengah persaingan pengrajin lain di luar label Toip yang jumlahnya sudah puluhan orang dan dengan harga murahan, merek kami tetap bertahan dengan Kualitas, Kuantitas, Harga dan Layanan berbeda. Sehingga televisi nasional Trans7 berkenan memilih dan mengangkat profil kami dalam acara Laptop Si Unyil pada 21 April 2010 yang lalu. Dan pada Ramadhan 1431 H. yang lalu juga televisi lokal RCTV Cirebon berkenan bekerja sama dengan kami dalam mengadakan lomba Kontes Genjring Ramadhan 2.</span></div>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
<div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com1Kaliwadas, Bumiayu 52273, Indonesia-7.2626589999999984 108.98100799999997-7.2941614999999986 108.94066749999998 -7.2311564999999982 109.02134849999997tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-36669475475163584632013-04-10T19:50:00.004+07:002022-03-12T19:25:46.370+07:00Cinta Anak Santri Bagian 2 | Cerpen Santri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: small;"><span face="Verdana,sans-serif"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdcRJ9uiPeH0-P_jMps6BmsnA1ml7Nz2EbqqvdhN_EII8M4JTaE8eIRgIY6v5N4pmYztm_XCOpE9nM8fTZG5YhffJDq8YGda_SXRT8jeCnNQXYe6-MLGvOn3IJN93Qdfc4zzNzTpXtZss/s1600/warung-makan-remang-remang.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdcRJ9uiPeH0-P_jMps6BmsnA1ml7Nz2EbqqvdhN_EII8M4JTaE8eIRgIY6v5N4pmYztm_XCOpE9nM8fTZG5YhffJDq8YGda_SXRT8jeCnNQXYe6-MLGvOn3IJN93Qdfc4zzNzTpXtZss/s200/warung-makan-remang-remang.jpg" title="Illustrasi : warung makan di pinggir jalan" width="200" /></a> <span style="font-family: Pacifico;"> <span style="font-family: Kalam;"> <b>Ilham</b> <b>terduduk tegang di kursi</b> ruang keluarga ustadz Hamzah, pamannya. Dia berfikir keras: apa yang sebenarnya terjadi. Ustadz Hamzah dan istri yang duduk di seberang meja memperlihatkan wajah kecewa yang luar biasa. </span></span></span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span>Sementara Faiz yang duduk di sebelahnya pun diam seribu bahasa. Dia bahkan tampak ikut tegang dan berkeringat.</span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Apa yang sebenarnya tengah terjadi ?</i> " hati Ilham bertanya-tanya. " <i>Apakah mereka marah karena ba'da Ashar dan Isya tadi aku tidak mengajar? </i>" ia tercenung dalam. Namun mendadak memperlihatkan wajah terkejut, " <i>Jangan-jangan...</i> " bathinnya, ia menarik nafasnya dalam, tidak berani bertatapan dengan paman dan bibinya.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Satu hingga sepuluh menit berlalu tidak ada seorang pun yang bersuara. Ilham menjadi tertekan dengan keadaan ini. Tatapan penuh tanyanya pada Faiz hanya dibalas tundukan kepala dan gelengan lemah.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah berdehem lirih. Ilham berusaha mengendalikan perasaan gundah-gulananya.<br /></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Sebenarnya,</i> " Ustadz Hamzah mulai berbicara pelan, suaranya sedikit bergetar. " <i>Sudah menjadi sunnatullah, antara lain jenis saling jatuh cinta...</i> "</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham terperanjat. Dadanya bergemuruh penuh kekhawatiran.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah menarik nafasnya dengan berat. Sementara istrinya tetap membisu, wajah kecewanya tak tersembunyikan. Ini sangat dikhawatirkan Ilham. </span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Cinta itu anugerah Tuhan... dan suci. Maka, perasaan cinta kepada seseorang itu... menjadi salah satu bagian nikmat yang diturunkan Allah kepada setiap hamba-Nya. Tapi, jika cinta itu sudah dibarengi dengan nafsu syaithaniyyah, itu artinya sudah tidak ada lagi kesucian di dalamnya!</i> " ucap ustadz Hamzah berusaha menahan kemarahan yang bergejolak di dadanya sendiri.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham menelan ludah. Dadanya terasa sesak. Ia mencoba menterjemahkan arah pembicaraannya. Wajahnya menoleh sekilas ke Faiz di sisinya. Kemudian berusaha kuat memandang kedua orang tua di depannya itu. " <i>Maaf, Paman. Maksud paman?</i> " tanyanya pendek dan takut. Matanya mulai berkaca-kaca.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah menatap tajam. Ia meluapkan amarahnya yang sedari tadi ditahannya, " <i>Jangan pura-pura tidak tahu!</i> "</span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham dan faiz sampai terperanjat, tidak menyangka Ustadz Hamzah bisa semarah itu. Sang istri memegang dan menepuk-nepuk lengannya pelan. Bagaimana pun Ilham keponakan sekaligus anaknya. Ia tidak ingin memperlakukannya dengan kasar.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham tertunduk dalam. Ia seperti mulai mengerti permasalahannya. Raut wajahnya tampak sangat menyesal. Setetes air mata terjatuh ke pipinya.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Kamu ceritakanlah, Ilham. Semuanya, tanpa ada yang kamu tutupi,</i> " pinta Faiz lirih. Ia merasa tidak tega melihatnya.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham menoleh lesu. Kemudian melirik ke arah Miqdam yang baru disadarinya duduk di sebelah lain pamannya itu.<br /></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " Astaghfirullahal 'adziiim... " Ilham mengehela nafasnya lirih.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Ceritakan saja!</i> " pinta Faiz menepuk-nepuk punggungnya. Dia memberi kekuatan kepada sahabatnya ini.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham mendesah panjang, berusaha mengumpulkan keberanian. Lalu menoleh ke paman dan bibinya yang seperti tak berhenti memalingkan wajah tak ramah. " <i>Ba, baiklah... </i>" ucapnya dengan terbata. Keringatnya mulai menetes dan tak terbendung. Ia sesungguhnya agak ragu dan takut mengungkapkannya. ia merapikan duduknya yang bergeser-geser tak teratur karena nervous. Lalu mencoba memberanikan diri menata kata-katanya, " <i>Sebenarnya saya, sebenarnya saya tidak menduga... perasaan ini akan muncul dengan tiba-tiba... Karena, saya, terus terang saya tidak menginginkannya! "</i></span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham menarik dan membuang nafasnya dengan perlahan. " <i>Aku harus berani !</i> " batinnya menguatkan.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Sementara ustadz Hamzah dan Fatimah, juga Faiz dan Miqdam menunggunya dengan berdebar dan perasaan masing-masing.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Seperti kata paman, cinta itu anugerah dan sunnatullah,</i> " kata Ilham berusaha memberanikan diri menatap ke pamannya.</span></span> L<span><span face="Verdana,sans-serif">antas beralih menatap bibi Fatimah dengan wajah memelas, " <i>Maafkan aku Bibi. Juga Paman. Maafkanlah aku yang tidak tahu diri ini...</i> "</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah dan Fatimah tak bergeming.</span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Hening beberapa saat. </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Saya mencintai keponakannku sendiri, Fitria Akhlami, putri kalian...</i> " ungkap Ilham terbata-bata dengan wajah menangis. " <i>Maafkan saya paman, maafkan saya bibi. Karena kesalahan ini saya bisa pergi dari sini jika paman dan bibi tidak menghendaki,</i> " lanjutnya sedih.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah dan Fatimah terkesiap. Fitria yang diam-diam belum tidur dan mendengarkan pembicaraan mereka di kamarnya juga terkejut bukan kepalang. Namun kemudian dia segera menguasai diri, tersenyum, meskipun wajahnya tampak tegang.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Miqdam tersenyum kecut, punggungnya menyandar lesu. Dia merasa terpukul.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Sementara Faiz menahan tawa, dia menyikut perut Ilham di sampingnya. " <i>Ham, bukan itu maksudnya?!</i> " ujarnya melotot.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Giliran Ilham yang celingukan kebingungan. " <i>Astaghfirullah...! Lalu ?!</i> " tanyanya tercekat. Lidahnya mendadak kelu. Dan wajahnya merah padam menahan malu.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Maksud mereka perempuan pelayan warung di pinggir jalan itu ?!</i> " terang Faiz melotot.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Maasyaa Allah... !</i> " jerit Ilham. " <i>Jadi ?! Astaghfirullah... Ini pasti ada yang tidak beres, Iz,</i> " lanjutnya kalang kabut.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Kamu yang tidak beres, Ham !</i> " sela Miqdam merasa mendapat amunisi.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Aku hanya menolongnya, apakah itu salah ?!</i> " kata Ilham membela diri.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Menolong?! Apa maksudmu?!</i> " tanya ustadz Hamzah tak mengerti.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Ayah, Ibu, Fitria kenal Kak Ilham sudah sangat lama. Kak Ilham orangnya jujur,</i> " Fitria tiba-tiba muncul dari dalam. Dia tampak tidak senang kakak sepupunya itu dipojokkan begitu rupa.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah yang langsung shock mendengar pengakuan lugu keponakannya ini, terkejut melihat kehadiran putrinya. Buru-buru dia menengahi. " <i>Sudahlah! Sekarang kamu, Ilham. Ceritakanlah yang apa sebenarnya terjadi,</i> " ia menyesal telah berprasangka buruk.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Ada hubungan apa kamu dengan pelayan warung itu, Ham?</i> " tanya Fatimah bersuara, ikut meminta ketegasannya. Dia berharap Ilham bisa berkata jujur.</span></span><br />
<br />
</span></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif">-----------oo000oo-----------</span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><br /></span></span>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> <b>Pertemuan</b> Ilham dengan pelayan warung makan pinggir jalan, bermula ketika ia dalam perjalanan pulang dari kebun pamannya. Ia tiba-tiba mendengar teriakan minta tolong seorang gadis dari dalam warung berbentuk gubuk memanjang itu. Sebagai orang yang berjiwa santri, tanpa fikir panjang ia langsung berlari ke dalam untuk menolongnya. Ternyata benar, ada seorang gadis pelayan warung yang sedang dipaksa melayani nafsu syaitan seorang supir truk. Herannya pemilik warung dan dua pelayannya yang lain diam saja. Mereka tak berusaha menolongnya sama sekali. Bahkan mereka dan para sopir serta kernet truk yang sedang makan dan minum kopi itu tertawa-tawa menyaksikannya. Di antara mereka ada yang berusaha menghalanginya ketika ia berusaha membawa kabur si gadis, sehingga terjadilah perkelahian. Namun Ilham dengan cepat dapat mengatasinya. Ia dan si gadis berhasil kabur dengan bus yang diberhentikannya.</span></span></span></span></div>
</div><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;">
</span></span><div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham akhirnya berhasil mengantarkan si gadis pulang ke rumahnya dengan selamat, di daerah Tegal. Setelah itu ia pulang ke rumah pamannya. Namun rupanya paman, bibi, Faiz dan Miqdam sudah menunggunya di depan pintu dengan wajah gelisah. Dan ia diam saja ketika pamannya langsung memarahinya sambil menyuruhnya masuk ke dalam. Ada seseorang yang melihat kejadian itu kemudian melaporkannya ke ustadz Hamzah.<br /></span></span></span></span></div><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;">
</span></span><div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah, Fatimah, Fitria Akhlami dan Faiz mendesah panjang. Mereka saling berpandangan. Sementara Miqdam terdiam seribu bahasa.</span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " Menurut cerita masyarakat, itu memang warung makan remang-remang, Ustadz, " terang Faiz. Dia ikut lega mendengar penuturan sahabatnya ini.</span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Kata gadis itu dia diajak temannya bekerja sebagai pelayan, tetapi pemilik warung malah...</i> " Ilham menggeleng-geleng.</span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Sudahlah... Yang penting sekarang semuanya sudah jelas,</i> " sela ustadz Hamzah menenangkannya.</span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Semua tampak bernafas lega. Kecuali Miqdam yang terlihat menyembunyikan sesuatu. </span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Lalu bagaimana dengan pinangan Ilham sama Fitria, Ustadz? Apakah diterima?</i> " tanya Faiz tiba-tiba.</span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Miqdam merengut. </span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah dan istrinya saling berpandangan. Lalu tertawa. Sementara Ilham dan Fitria saling melirik dan tersipu.</span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Fitria, kopinya mana ?!</i> " teriak Faiz pura-pura marah.</span></span><br /></span></span>
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> Dan, mereka akhirnya tertawa lega.<span style="text-align: center;"> </span></span></span><br /></span></span>
</div><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;">
</span></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;"><span><span face="Verdana,sans-serif"> ###########</span></span></span></span></div><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Kalam;">
<span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></div>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
</div>
<div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com2Tonjong, Brebes Regency, Central Java, Indonesia-7.1699959 109.0096562-7.2960299 108.8482947 -7.0439619 109.1710177tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-49734406665200665712013-04-09T23:40:00.006+07:002022-03-12T17:55:07.606+07:00Cinta Anak Santri Bagian 1 | Cerpen Santri<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="color: #444444;"><span style="font-family: Kalam;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRdHnKtxssCk5C3InN7IGFTMpTfZv3gCuKizaVs34Jul2wicuCyRvi7ySSg5BqjLBO3hkAdBaQAVCEf_JcDMpjvxk7faI-w29RLDUArtFC8uNkf79dJvVjXElKX-lCyQUhSrrkr2mnjC4/s1600/ciregol-tanjakan-balap.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="142" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiRdHnKtxssCk5C3InN7IGFTMpTfZv3gCuKizaVs34Jul2wicuCyRvi7ySSg5BqjLBO3hkAdBaQAVCEf_JcDMpjvxk7faI-w29RLDUArtFC8uNkf79dJvVjXElKX-lCyQUhSrrkr2mnjC4/s200/ciregol-tanjakan-balap.jpg" width="200" /></a><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"><b>Tunggal Jaya</b> baru saja melewati kilometer tujuhbelas perbatasan Tegal dengan Brebes Selatan. Bus jurusan Bandung-Purwokerto itu melesat cepat di tikungan Ciregol yang menanjak, menyibak tiupan angin kencang dari selatan, menyalip tiga truk besar </span></span></span></span></span></span><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span>yang melaju tertatih di depannya. Para penumpang yang sebagian banyak lelaki itu bersorak puas. </span></span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span> </span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif">Namun tidak demikian halnya dengan seorang penumpang muda di jok belakang sopir itu. Ia merasa jengah dengan histeria mereka. Wajahnya tegang dan cemas. Fikirannya tengah diliputi perasaan tidak nyaman. Ia berharap tidak segera sampai ke tujuannya.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Aku harus menemui paman dan bibi terlebih dahulu</i>, " desah Ilham, nama pemuda ini menoleh, melihat dengan hampa pepohonan pinggir jalan yang seolah berlarian. Jalan yang dilaluinya kian memendek. Sebentar lagi ia akan segera sampai. Hatinya masih diliputi kegaduhan tanpa ia bisa menghentikannya.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Segeralah pulang, Ilham. Majelis taklim Ar-Ridla tengah membutuhkan pengabdianmu,</i> " isi surat pertama diterimanya setahun yang lalu ketika ia masih betah-betahnya menimba ilmu di sebuah pesantren, di daerah Sumedang. Ilham belum bergeming. Ia dengan berat menolaknya karena merasa belum apa-apa dalam pencarian ilmu agama.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Maka, surat kedua pun datang setahun kemudian. " <i>Zaman berjalan cepat, Ham. Kampung kita bukan lagi seperti tujuh tahun yang lalu ketika kamu tinggalkan....</i>"</span></span></span></span></span></span></span></div><div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham tersentak dari lamunannya ketika kernet bus berteriak-teriak menyebut nama sebuah desa. Ia segera menyahut untuk turun.</span></span><br />
<br />
</span></span></span></span></span><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif">-----------oo0oo-----------</span></span><br />
<br />
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> <b>Kehadiran</b> Ilham disambut gembira oleh orang tua angkatnya yaitu ustadz Hamzah dan Fatimah, istrinya, di halaman rumah. Juga beberapa tetangga dan rekan-rekan sepermainannya dulu yang selama tujuh tahun baru dilihatnya lagi. Mereka adalah Faiz, Miqdam, Abdullah, Hasan, Umar dan Maulida.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Fitria Akhlami, gadis belia putri pasangan ustadz Hamzah dan Fatimah, yang sedari tadi bergelayut manja di leher ibunya, berseru menyapa Ilham, " <i>Kak Ilham ?!</i> " Dia langsung menyalami dan mencium tangannya. Matanya melirik tajam ketika Maulida menyorakinya.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Alhamdulillah, ba, baik...</i> " jawab Ilham menjadi gugup. Ia berusaha menyembunyikan tubuhnya di antara teman-temannya.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"><br /></span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Terima kasih, Paman dan Bibi. Teman-teman, terima kasih. Saya merasa dimuliakan dengan sambutan kalian. Mohon maaf, saya baru bisa pulang hari ini,</i> " ucap Ilham agak terbata, beberapa saat setelah duduk di ruang tamu. Ilham masih merasa risih dengan kejadian di depan rumah tadi.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ustadz Hamzah tersenyum. Sementara istrinya tak bergeming. Ia masih tertegun, sealah tidak percaya melihat sosok di depannya ini. Keponakan suaminya yang sudah duabelas tahun diasuhnya itu kini sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa dan rupawan. Ia menyembunyikan senyumnya, namun kemudian membaginya dengan putri semata wayangnya, Fitria Akhlami, yang duduk di sisinya. Fitria yang dipandang begitu rupa oleh ibunya itu hanya bisa tersipu.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Ilham tambah ganteng yah, Fit ? Kulitnya putih, padahal dulu hitam, lho ? Sebaiknya sekarang kalian jangan berkakak dan beradik lagi. Kalian bukan mukhrim!</i> " goda Maulida berbisik yang berdiri di sisi Fitria.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Fitria ternganga, berdiri menjitak kepala Maulida seketika. " <i>Kak Ilham sepupuku, tahu ?!</i> " semprotnya tertahan, seraya merangkul lehernya kencang.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Yeee... sepupu kan bukan mukhrim ?</i>! " teriak Maulida akhirnya, berontak. Dia mentertawakannya, sambil menggaruk-garuk kepalanya yang kena jitak tadi.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Wajah Ilham memerah risih. Sementara yang lain tertawa menyaksikan kedua gadis itu bertengkar sendiri.</span></span><br />
<br />
</span></span></span></span></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif">-----------oo0oo-----------<b> </b></span></span><br /></span></span></span></span></span>
<span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><br /></span></span></span></span></span>
<div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"><b> Ilham</b> merasa bersyukur atas kebaikan ustadz Hamzah dan keluarganya yang tetap menerima kehadirannya seperti dahulu lagi, sebelum ia memutuskan menimba ilmu di pesantren. Ia telah menganggap mereka sebagai pengganti kedua orang tuanya yang sudah lebih dulu wafat, ketika ia masih usia anak-anak. Kedua orang tuanya tidak mempunyai warisan apapun selain rumah gubuk yang kini sudah rata dengan tanah, tersapu banjir bandang setahun yang lalu. Keluarga yang ditinggalkan pun hanya dirinya dan paman yang sesungguhnya adik kandung ibunya.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div>
</div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ia kini hidup bahagia bersama keluarga pamannya itu. Dan ia juga merasa bersyukur dengan banyaknya teman sepermainannya dulu, serta masyarakat yang menghormatinya sebagai seorang lulusan pesantren. Namun ia merasa risih ketika mereka kemudian memanggilnya ustadz dan menjodoh-jodohkan dengan sepupunya yang cantik, Fitria.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> <i>" Kamu jangan ikut-ikutan memanggilku ustadz, Fit. " </i>protes Ilham grogi, suatu ketika.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"><i> " Kenapa? " </i>tanya Fitria manja.<i><br /></i></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"><i> " Tidak...,</i> " Ilham memalingkan muka melihat kemanjaan kepanakannya itu. Ia hendak beranjak keluar. </span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham baru saja selesai mengajari Fitria kitab kuning, di rumahnya. Sebetulnya ia sempat menolak, karena ia merasa gugup menghadapi Fitria dengan usia dan sosoknya yang sekarang. Tapi akhirnya ia tidak bisa menolak ketika pamannya terus mendesaknya dengan berbagai alasan.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Lalu, Fitria harus memanggil Kak Ilham siapa ?</i> " cegah Fitria memperlihatkan wajah serius.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Hmm... Kak Ilham, boleh,</i> " jawab Ilham malu-malu.</span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Mas atau Kak ?</i> " tanya Fitria menggoda. Lalu tertawa cekikikan melihat Ilham kebingungan.</span></span><span><span face="Verdana,sans-serif"> Ia menjadi salah tingkah sendiri.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Fitria sekarang sudah kelas satu Aliyah lho, Kak ?</i> " celoteh Fitria kemudian, dengan manja. Kemanjaan yang tidak berubah, sama seperti ketika dia masih kanak-kanak dulu.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham tersenyum. " <i>Syukurlah...</i> " ucapnya lirih.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Kak Ilham, kok, kayaknya kurang senang mendengarnya ?</i> " tanya Fitria cemberut.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham terperanjat, " <i>Ah, tidak? Kaka sangat senang mendengarnya, kok. Alhamdulillah..</i> " terangnya segera. Ia kemudian membuang nafasnya pelan. " <i>Sudah tujuh tahun kaka meninggalkan rumah ini saat kamu masih kelas tiga sekolah dasar. Tentu aku senang bisa melihatmu sudah tumbuh dewasa</i>, " katanya menghibur, ia seolah tidak percaya dengan kata-katanya tadi.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Fitria tersenyum manis.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Oya, maaf, Fit. Kak Ilham keluar dulu, yah ?</i> " ucap Ilham kemudian.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Fitria menoleh, melongo memandang Ilham yang tiba-tiba beranjak meninggalkannya. Dia tersenyum kecut.</span></span><br />
<br />
</span></span></span></span></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif">-----------oo0oo-----------</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: center;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br /></span></span></span></span></span>
</div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> <b>Ilham</b> hampir saja mengurungkan langkahnya kalau saja salah satu santri tidak berteriak memanggil namanya dari salah satu ruang pengajian Ar-Ridla. Entah kenapa ia merasa tidak suka begitu melihat Fitria berbincang akrab dengan Miqdam di kantor majelis taklim yang bersebelahan dengan rumah pamannya itu.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Faiz, salah seorang teman dan sekaligus ustadz di majelis taklim itu menepuk bahunya, " <i>Kamu akan kalah bersaing jika terus berdiam diri, Ham.</i> " Kata Faiz serius, seolah tahu apa yang ia risaukan.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham terperangah. " <i>Astaghfirullah... Kamu?</i> "</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Faiz tersenyum, " <i>Tidak apa. Berterus terang sajalah...</i> " dukungnya dengan mimik meyakinkan.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham melirik Faiz yang berjalan keluar. Sementara matanya mencari-cari keberadaan Fitria yang sudah pergi entah ke mana.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ketika larut menjelang, Ilham kembali merasa gelisah di ruang majelis taklim. Ia tidak bisa tidur. Sejak kedatangannya sebulan yang lalu ia memang telah memutuskan tidur di majelis taklim dengan ditemani sahabatnya, Faiz. Kedua kakinya melangkah ke jendela kaca. Matanya melirik ke ruang tamu pamannya yang sudah gelap. Memorinya bangkit, teringat masa kecilnya bersama teman-temannya, terutama Fitria Akhlami. Gadis kecil sepupunya itu selalu merengek meminta ikut bersamanya jika ia hendak pergi bermain bersama teman-teman lelakinya.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham tersenyum. Kini gadis kecil yang dulu juga suka minta digendongnya itu telah tumbuh menjadi gadis dewasa dan cantik. Fitria ibarat bunga desa di kaki gunung slamet yang diidam-idamkan pemuda di desanya, terutama Miqdam, seperti yang dikatakan Faiz tadi sore.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Kamu harus berani berterus terang, Sobat,</i> " suara Faiz tiba-tiba muncul dari belakangnya dan membuatnya sedikit terkejut.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham terduduk ke atas karpet, punggungnya menyandar ke dinding tembok. Faiz ikut duduk bersila di depannya. Ia menyalakan rokok. Asapnya yang putih tampak jelas di gelapnya ruangan majelis. Dan rupanya dia juga telah membuat dua gelas kopi hitam.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham menarik nafas berat " <i>Kamu sudah lama terbangun ?</i> " ia memandang heran kepada sahabatnya itu.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Kamu kira aku tidak melihat kamu mondar-mandir dari tadi ?</i> " tanya Faiz terkekeh lirih.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"><br /></span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham mencibir, " <i>Panas sekali malam ini, Is.</i> "</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Faiz tertawa.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham menghardiknya pelan, " <i>Jangan keras-keras, orang-orang nanti pada bangun,</i> " ia tampak cemas.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Hmm... Santai saja, Ham. Tapi aku heran, jangankan kamu berterus terang kepada Fitria, berbagi rasa kepadaku saja kamu malu. Kamu harus berusaha mengungkapkannya, Ham.</i> " kata Faiz, menyodorkan rokok seraya menatap lekat kepadanya.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Ilham menghela berat. " <i>Fitria itu keponakanku dan masih sekolah, Iz.</i> "</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Faiz tersenyum. " <i>Kamu akan ketinggalan pemuda lain yang sedang mati-matian mencuri perhatiannya!</i> " katanya dengan mimik serius.<br /></span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span><br />
<span><span face="Verdana,sans-serif"> Hati Ilham menjadi resah. Ia teringat keakraban Fitria dan Miqdam tadi sore. " <i>Tapi, bagaimana dengan paman dan bibiku ? Apakah mereka tidak akan shock kalau keponakannya ini jatuh cinta pada anaknya?</i> <i>Dan, lagi pula, ini mungkin hanya perasaan antara kakak dengan adiknya saja?</i> " tanyanya bimbang.</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Ingat, Fitria bukan mukhrimmu. Kecuali kalau kamu jatuh cinta kepada ibunya, itu yang jadi masalah ! Ha...ha...ha...</i> "</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Astaghfirullah... Ngelantur, kamu !</i> "</span></span></span></span></span></span></span></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"> </span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
<span><span face="Verdana,sans-serif"> " <i>Aku memang harus segera memutuskan,</i> " bathin Ilham kemudian, setelah keduanya terdiam cukup lama dalam kebisuan dan asap rokok masing-masing.</span></span><br /></span></span></span></span></span>
</div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif">-----------oo0oo-----------</span></span></span></span></span></span></span></div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span>
</span></span></span></span></span><div style="text-align: left;">
<span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;"><span><span><span face="Verdana,sans-serif"><a href="http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/2013/04/ungkapan-cinta.html" target="_blank">Bersambung....</a></span></span></span></span></span></span></span></div>
</div>
</div><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;">
</span></span></span></span><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Kalam;"><span style="color: #444444;"><span><span style="font-size: small;">
</span></span></span></span></div>
</div>
</div>
<span style="color: #444444;"><span style="font-family: Kalam;"><script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script></span></span></div><span style="color: #444444;"><span style="font-family: Kalam;">
</span></span><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0Bumiayu 52273, Indonesia-7.244098 109.00638700000002-7.370112 108.84502550000002 -7.1180840000000005 109.16774850000002tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-10007486273791148302013-04-01T01:02:00.000+07:002015-08-17T21:32:53.497+07:00Nyi Blorong Meminta Tumbal ?<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLUWU-OcqJv0cak4r5j54i5zB_RZx93ZojFPHjOFU5-H0xZKwpA1iuoKqgHTnU_eC5bOQRXSANjPRiNeufBHaJYc9M1kjx8eaNtw_3OFVm5LwnTDmsHGQCHsZf-SWgbr-YelKxEY49lJQ/s1600/sosok-nyi-loro-kidul.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="2 kidul" border="0" height="123" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLUWU-OcqJv0cak4r5j54i5zB_RZx93ZojFPHjOFU5-H0xZKwpA1iuoKqgHTnU_eC5bOQRXSANjPRiNeufBHaJYc9M1kjx8eaNtw_3OFVm5LwnTDmsHGQCHsZf-SWgbr-YelKxEY49lJQ/s200/sosok-nyi-loro-kidul.jpg" title="Nyi loro Kidul konon adalah ibu dari Nyi Blorong" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Nyi Blorong yang konon merupakan putri Ratu Pantai Selatan alias Nyi Loro Kidul adalah siluman ular yang kerap dimintai orang-orang sebagai sarana meminta kekayaan. Tentu saja dia akan meluluskannya dengan syarat orang-orang yang memintanya mau memberikan tumbal kepadanya pada waktu dan hari-hari tertentu. Dan kali ini dia hendak meminta tumbal seorang </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">gadis cantik</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> di sebuah desa wilayah Brebes Selatan, Jawa Tengah. Nafilah, nama gadis itu, adalah remaja belia yang hampir menjadi korbannya, kalau saja Kuasa Allah tidak turun tangan merengkuhnya dari ganasnya pelaku pesugihan Nyi Blorong.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Peristiwa mendirikan bulu roma ini berlangsung pada Agustus 1999 yang lalu. Berawal dari libasan krisis moneter yang berkepanjangan dan memporak-porandakan usaha perkayuan Johan. Beberapa kali dia harus jatuh bangun membangun kembali usahanya yang telah gulung tikar itu. Namun rupanya takdir berkehendak lain. Dia menjadi salah satu korban krisis ekonomi. Johan dan keluarganya benar-benar tengah terpuruk. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Sebenarnya yang senasib dengan Johan sangat banyak, ribuan bahkan jutaan rakyat Indonesia tengah dalam masa prihatin. Namun Johan merasa bahwa hanya dirinya saja yang sedang bernasib buruk.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Buktinya tetangga kita banyak yang tetap kaya. Bahkan si Dajjal sepertinya tambah kaya saja, Pa ? " goda istri Johan merayu-rayu agar suaminya berani mengambil jalan pintas, membuat perjanjian pesugihan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Isyu yang berkembang memang banyak penduduk kampung yang kemudian banting setir untuk merubah nasibnya. Tak sedikit mereka yang kemudian melakukan pesugihan Babi Ngepet, memelihara Tuyul, Monyet Putih, dan lain-lain. Kebenaran isyu itu sendiri sulit dibuktikan karena merupakan hal ghaib atau tak terlihat. Namun bisik-bisik tetangga inilah yang kemudian membuat Johan dan istrinya mata hatinya menjadi gelap. Imannya melayang. Dan mereka kemudian benar-benar menggadaikan imannya dengan Nyi Blorong, jenis pesugihan yang dipilihnya. Mereka tidak lagi menjadi hamba Allah tapi sebaliknya menjadi hamba Nyi Blorong, makhluk siluman yang sebenarnya merupakan hamba Allah juga, seperti Johan dan istrinya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tumbal Nyi Blorong Bergelimpangan</span></b><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b> </b>Setelah Johan dan istrinya selesai membuat perjanjian dengan Nyi Blorong maka perekonomiannya kembali terangkat. Tidak lagi lambat laun, tapi melesat cepat. Mereka menjadi kaya raya. Namun tidak dinamakan pesugihan jika 'Sang Pemberi Sugih' tidak meminta balas budi. Sayangnya balas budi itu berupa nyawa beberapa anggauta keluarganya yang justru mereka cintai.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Suatu ketika mereka memilih seorang gadis cantik tetangganya sendiri. Nafilah, si gadis itu, hendak 'diserahkan' pada senja Selasa Kliwon di bulan Agustus. Kala itu Nafilah tengah bercengkerama dengan temannya di teras depan rumahnya sendiri. Namun gadis itu tidak menyadari kalau ada sepasang mata syetan yang tengah mengintainya sejak tadi. Maka ketika ia tengah hanyut dalam keasyikan bercanda, sepasang mata jahat itu merasa menemukan peluang untuk merengkuhnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Dan Nafilah tiba-tiba kesurupan, tangannya mencekik lehernya sendiri. Sehingga lidahnya menjulur keluar. Matanya melotot. Dan seketika tubuhnya terjatuh, berguling-guling sambil tangannya terus mencekik lehernya. Temannya yang terkejut spontan berteriak histeris dan meminta tolong, menyentakkan warga desa yang kemudian berserabutan datang untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Yang perempuan spontan menjerit-jerit histeris menyaksikan keadaan Nafilah. Sementara kaum lelakinya sigap menolong si gadis, menarik tangannya yang tengah mencengkeram leher. Namun apa yang terjadi ? Lelaki-lelaki kuat itu terhempas oleh kibasan Nafilah.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Mereka terkejut dan heran. Namun mereka terus memberanikan diri menolong Nafilah yang mulai kelojotan dengan lidah menjulur dan kedua mata melotot merah itu. Dan lagi-lagi lelaki tetangganya itu kembali terlempar. Dalam situasi demikian, seorang lelaki tua yang entah datang darimana tiba-tiba menyeruak maju hendak membantunya. Namun tiba-tiba sebentuk tangan kekar milik lelaki di sampingnya menahan langkahnya. " Apakah kamu bersedia menggantikan posisi gadis itu, Mbah ? " ancam si lelaki yang menyikut dadanya itu melotot.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Si mbah tersentak kaget.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Hati-hati ! " bisik si lelaki kembali mengancam, dia melangkah pergi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Si mbah hanya terpana, nyalinya menciut. Dia hanya bisa menghela nafas berat. Melihat si gadis hanya dengan rasa iba, tanpa bisa berbuat apa-apa. Nalurinya hanya mengatakan orang itu pasti ada hubungannya dengan keadaan si gadis. Si mbah hanya bisa menggeram tak bersuara.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang Penolong</span></b><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b> </b>" Nyuwun sewu, minggir ! Minggir, minggir...! " teriak Ihsan, salah satu pemuda yang tadi langsung lari keluar kampung begitu melihat keadaan gadis tetangganya itu, menyibak kerumunan orang-orang di sekitar Nafilah. Ia datang menggandeng seorang lelaki paruh baya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Orang-orang spontan memberi jalan, sehingga Ikhsan dan Jaka, lelaki itu, leluasa sampai ke depan tubuh Nafilah yang tengah meronta-ronta. Gadis itu dengan susah payah dibopong ke rumahnya, di atas ranjang. Belasan lalaki bergantian memegangi tangan dan kakinya yang terus meronta seperti sapi yang hendak disembelih.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Tolong, jangan sampai terlepas ! " pinta Jaka mengingatkan orang-orang yang tengah menjagainya. " Dudukkan dia dan kedua kakinya diselonjorkan !" lanjutnya memberi perintah. Dia harus bergerak cepat kalau tidak ingin nyawa si gadis melayang.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Bayu segera menggenggam kedua ibu jari kaki Nafilah. Mulutnya tak henti bergerak melafalkan amalan khusus. Sejurus kemudian dia menarik nafas berat dan cepat, menahannya di bawah pusarnya. Lalu... tiba-tiba tangan kirinya bergerak cepat, menekan pusar Nafilah sehingga mengeluarkan bunyi, " Deb ! Deb ! Debb ! "</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b> </b> " Aaahhhrrr.....!!!!! " terdengar jerit melengking dan kesakitan yang keluar dari raga Nafilah. Sedetik selanjutnya angin yang amat deras melabrak ke luar pintu sehingga menimbulkan bunyi berderak yang amat keras dan memekakkan gendang telinga.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Duaaarrrrr.....!!!!! "</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Orang-orang langsung terkesiap, tersungkur mundur. Sementara tubuh Nafilah langsung terkulai lemas, ia pingsan.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Tampaknya Nafilah akan menjadi wadal Nyi Blorong, " duga Jaka lirih, ketika Ihsan mencoba mengorek apa yang baru saja menimpa Nafilah, tetangganya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<b><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Malam Mencekam</span></b><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Bisikan Bayu pada Ihsan rupanya menyebar luas di desa yang terletak di kaki gunung Slamet itu. Ketika malam tiba, penduduk terutama kaum perempuan dan anak-anak, didera ketakutan yang amat sangat, karena mereka kerap mendengar tangis perempuan yang menggidikkan bulu kuduk. Sementara kaum lelaki berjaga-jaga, meronda keliling kampung. Mereka acap dibuat kesal oleh suara tangis perempuan itu. Karena begitu didekati suara itu langsung menghilang, lenyap bersamaan bersiurnya udara dingin nan bertiup kencang. Begitu juga pada malam-malam berikutnya. Suara tangis itu kembali terdengar dan lenyap seketika ketika didekati. Suara itu seperti menghilang ke dalam perut bumi.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Kita harus bagaimana, Kang ? " tanya seorang warga pada ketua RT.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Tetaplah meronda. Jangan lupa berdoa mudah-mudahan saja itu tangisan Nyi Blorong karena telah dikalahkan oleh pemuda pintar itu. Dan kampung ini segera aman seperti sedia kala, " jawab ketua RT berharap.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Apa memang betul itu pekerjaan Nyi Blorong, Pak ? " tanya warga yang lain, tubuhnya bergidik ngeri.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Wallaahu a'lam. Kebenarannya sulit dibuktikan. Saya bukan orang pintar, " desah ketua RT seperti hendak putus asa.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Sementara malam bertambah larut, pagi menjelang, menjemput siang. Masing-masing warga beraktifitas seperti biasanya. Namun pembicaraan Nyi Blorong yang hendak merenggut nyawa Nafilah tetap hangat dan berantai-rantai, merembet ke desa-desa di sekitarnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><b>Ihsan Menjadi Korban</b></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Dini hari itu Ihsan terjaga dari tidurnya di kursi ruang tamu rumahnya, setelah kelelahan keliling kampung bersama warga . Dia dikejutkan oleh suara tangis di depan rumahnya. Segera dia beranjak. Dengan keberaniannya dia langsung membuka pintu rumahnya. Tapi Ihsan hanya menuai kesal karena suara itu langsung lenyap. Lalu dia kembali menutup pintu dan berjalan ke dapur. Dia harus membuat dagangan kue untuk esok hari seperti biasanya. Sementara istrinya tengah terlelap, mendekap putri semata wayangnya.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Ihsan seketika menengok kaget ke belakang. Dia merasa ada seseorang yang tengah mengawasi gerak-geriknya di dapur. Namun dia hanya menghela berat dan bibir coba berzikir untuk membunuh rasa takutnya. Dia kemudian berjongkok di depan tungku masaknya. Pada saat itulah tiba-tiba datang angin yang super kencang melabraknya. Namun sebelum tubuhnya dikoyakkan, sekonyong-konyong sebuah tangan ghaib merengkuh dan melemparkan tubuhnya keluar dapur yang yang terbuat dari anyaman bambu itu.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Ihsan selamat dan hanya lecet-lecet, namun dapurnya telah porak-poranda dihantam angin tadi. Tetangganya telah berdatangan untuk menolongnya. Namun hati mereka diliputi kengerian luar biasa melihat pemandangan di dapur itu</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Saya kira orang yang nyupang itu dendam sama saya gara-gara memanggilmu dulu, Ka. " lapor Ihsan pada Jaka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Jangan cemas. Saya sudah berusaha memagari rumahmu. Dan sebaiknya kamu banyak-banyak berdoa agar dilindungi oleh Allah SWT. " pesan Jaka.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Ihsan mengangguk dan sedikit menghela nafas lega. " Kira-kira apa yang akan dilakukannya lagi setelah gagal mendapat tumbal Nafilah dan saya, Ka ? " tanyanya kemudian.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Wallaahu a'lam. Entahlah...Mungkin akan ada perjanjian baru antara orang itu dengan Nyi Blorong. " elak Jaka mengira-ngira.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Saya berharap dia bertobat saja agar tidak ada malapetaka lagi, " desah Ihsan berharap.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> " Amin....." timpal Jaka mengamini.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cerita mistis ini diangkat dari kisah nyata dari cerita seorang teman untuk diambil hikmahnya. Nama-nama pemeran dan tempat hanyalah samaran untuk melindungi privasi mereka. </span></div>
</div>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script>
</div>
<div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-86642444277014220622013-03-30T19:17:00.000+07:002013-04-30T16:08:10.066+07:00Kewajiban Mencari Ilmu<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5pbNEpuTH9oOIbASwGBm-Q4-dVNMWFdNqr5oKRGzRDexOUGIOwb0S_GlX0iFbRtfeVnwrFK2ZZH6vX6N5Jwrc8NGtqf6v3S4YvfuR01FIuxlQiD82LYdQD3HwYqmwibIs5yUGOMdoGvA/s1600/Pelajar+di+Sanghiang+Tanjung,+Lebak,+Banten,19-01-2012.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="pelajar sekolah menyeberangi jembatan rusak" border="0" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5pbNEpuTH9oOIbASwGBm-Q4-dVNMWFdNqr5oKRGzRDexOUGIOwb0S_GlX0iFbRtfeVnwrFK2ZZH6vX6N5Jwrc8NGtqf6v3S4YvfuR01FIuxlQiD82LYdQD3HwYqmwibIs5yUGOMdoGvA/s200/Pelajar+di+Sanghiang+Tanjung,+Lebak,+Banten,19-01-2012.jpg" title="Perjuangan pelajar di Sanghiang Tanjung, Lebak, Banten, berangkat sekolah harus menyeberangi jembatan yang hampir roboh" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, demikian yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Sehingga ada istilah carilah ilmu dari sejak kandungan sampai kematiannya. Atau carilah ilmu sampai ke negeri China sekalipun. Maka, akan sangat berbeda orang yang berilmu dan tak berilmu. Karena ilmu itu seperti cahaya bagi orang-orang yang memilikinya. Sebaliknya</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> orang yang tak </span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berilmu wajahnya akan suram. Dan Allah SWT, juga akan menerima ibadah seorang muslim karena didasari ilmu pula.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Contoh sederhana seorang muslim yang melakukan shalat tapi dia tidak tahu tata cara pelaksanaannya, maka shalatnya tidak akan sah. Atau contoh seorang muslim yang tidak tahu (Baca : tak berilmu) datang ke mesjid untuk melaksanakan kewajiban shalat Jumat tepat ketika sang khatib sedang menyampaikan khutbahnya. Dia langsung berjalan menuju shaf atau baris terdepan dengan melangkahi jamaah yang sedang khusyuk duduk mendengarkan khutbah. Melangkahi jamaahnya sudah salah, kemudian ditambah lagi dia langsung shalat Qabliyyah Jum'ah di depan jamaah yang sedang tenang mendengarkan khutbah. </span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Akan berbeda bagi orang yang sudah punya ilmunya ( shalat Jumat ). Jika ia terlambat datang maka ia akan mengambil shaf yang tidak melangkahi jamaah lain yang sudah datang lebih dulu. Ia juga bisa langsung duduk dan mengganti shalat sunnah sebelum Jumat dengan bacaan tasbih 4 X, yaitu; <i>سبحــان اللــه والحــمد للــه ولا الــه الا اللــه واللــه اكــبر</i></span><br />
<div style="text-align: center;">
<div class="button-spoiler">
<input onclick="if (this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display != '') { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = ''; this.innerText = ''; this.value = 'TUTUP KEMBALI'; } else { this.parentNode.parentNode.getElementsByTagName('div')[1].getElementsByTagName('div')[0].style.display = 'none'; this.innerText = ''; this.value = 'BUKA KEMBALI'; }" type="button" value="Silakan simak foto-foto perjuangan para pencari ilmu" /></div>
<div class="spoiler">
<div style="display: none;">
<br />
<div style="border: 3px inset #333; font-size: small; padding: 10px; text-align: left;">
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2JCuo1lS9e3FM-ybAfOTr60U2Rn26dVI3_0lAy8O3EjFAG8ZcD-_LCYs74_jqFSzuO-4XZlXiANUjlOrelwt11HJSr7kT1eU_lMbAy5j33N2_Dk6WkZTXcfAIDP5VGDyLXaKNxuO6J7A/s1600/Anak+lelaki+Afghan+di+kelas+mereka+di+luar+ruang+dekat+kamp+pengungsian+Khas+Kunar,+Provinsi+Kunar,+18+Februari+2009..jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg2JCuo1lS9e3FM-ybAfOTr60U2Rn26dVI3_0lAy8O3EjFAG8ZcD-_LCYs74_jqFSzuO-4XZlXiANUjlOrelwt11HJSr7kT1eU_lMbAy5j33N2_Dk6WkZTXcfAIDP5VGDyLXaKNxuO6J7A/s320/Anak+lelaki+Afghan+di+kelas+mereka+di+luar+ruang+dekat+kamp+pengungsian+Khas+Kunar,+Provinsi+Kunar,+18+Februari+2009..jpg" /></a></div>
<div align="center">
Anak lelaki Afghan di kelas mereka di luar ruang dekat kamp pengungsian Khas Kunar, Provinsi Kunar, 18 Februari 2009.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkjC80nW1uF351pgltKs9u2ytOwr9kHS1spKnQpoxjXfvO6DXmm-USMozR2Ue06633fE2x3ruuWtjToy6rmA2Hd6-GN65EMJXflp2sUnFdKSkzL1iDWNf_pbBcEyoz2B61vB_8Aio9_zE/s1600/mencari-ilmu-dengan-mengikuti-maulid-nabi-saw.jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkjC80nW1uF351pgltKs9u2ytOwr9kHS1spKnQpoxjXfvO6DXmm-USMozR2Ue06633fE2x3ruuWtjToy6rmA2Hd6-GN65EMJXflp2sUnFdKSkzL1iDWNf_pbBcEyoz2B61vB_8Aio9_zE/s320/mencari-ilmu-dengan-mengikuti-maulid-nabi-saw.jpg" /></a></div>
<div align="center">
Mencari ilmu dengan mengikuti pengajian dan pembacaan Maulid Nabi Muhammad SAW di pesantren Darunnajat Pruwatan, Bumiayu, Jateng. 17 Maret 2013.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8g7l8JaE4CzMzFZK9MzGpMPl_j-DtHnd36qv87__SYaRmyZr9tFtQWfMOTKKuRSjitczMELKH1TMlSiJu237Vfu0EUZth9reQHohLL0NbOh7RJmLOIrmQ0tG8LWbMPp221_Odo_SPlKY/s1600/Naik+sepeda+melewati+kabut+asap+di+Sampit,+Kalimantan+Tengah,+28+September+2012..jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj8g7l8JaE4CzMzFZK9MzGpMPl_j-DtHnd36qv87__SYaRmyZr9tFtQWfMOTKKuRSjitczMELKH1TMlSiJu237Vfu0EUZth9reQHohLL0NbOh7RJmLOIrmQ0tG8LWbMPp221_Odo_SPlKY/s320/Naik+sepeda+melewati+kabut+asap+di+Sampit,+Kalimantan+Tengah,+28+September+2012..jpg" /></a></div>
<div align="center">
Berangkat sekolah naik sepeda melewati kabut asap di Sampit, Kalimantan Tengah, 28 September 2012.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJoiTLgRZA8N98_k301k2PWM8AVOkpi2IhbJsg8yYTKzS3yYBD-AkuJCB9cyqY5gj_NWgMcBKeYUZdknJXjNxBDtRF81ikuMsU20gmP8vq7mH0emST-5VSxq9eru7e5qUKEcYuMOteqW8/s1600/Pelajar+SD+di+desa+Nagari+Koto+Nan+Tigo,+Sumatera+Barat,+14+November+2012..jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJoiTLgRZA8N98_k301k2PWM8AVOkpi2IhbJsg8yYTKzS3yYBD-AkuJCB9cyqY5gj_NWgMcBKeYUZdknJXjNxBDtRF81ikuMsU20gmP8vq7mH0emST-5VSxq9eru7e5qUKEcYuMOteqW8/s320/Pelajar+SD+di+desa+Nagari+Koto+Nan+Tigo,+Sumatera+Barat,+14+November+2012..jpg" /></a></div>
<div align="center">
Pelajar SD di desa Nagari Koto Nan Tigo, Sumatera Barat, 14 November 2012.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-QkA_LUer0T_AxGhYtblknoDyE9Pwi9Ko76X1Gn2uT46Z2ZQ6jtF-Z5C_N6GmQ5wpmAN0p9mw_54h72LJQQtiN37KzakIHO3uq5NEqRVxWLir7isFG-6qISx1Pg_HvNPTEfmJJJNsdhU/s1600/Xu+Liangfan,+37,+mendampingi+muridnya+menuju+SD+Banpo+di+Provinsi+Guizhou,+China,+12+Maret+2013.jpg" imageanchor="1"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-QkA_LUer0T_AxGhYtblknoDyE9Pwi9Ko76X1Gn2uT46Z2ZQ6jtF-Z5C_N6GmQ5wpmAN0p9mw_54h72LJQQtiN37KzakIHO3uq5NEqRVxWLir7isFG-6qISx1Pg_HvNPTEfmJJJNsdhU/s320/Xu+Liangfan,+37,+mendampingi+muridnya+menuju+SD+Banpo+di+Provinsi+Guizhou,+China,+12+Maret+2013.jpg" /></a></div>
<div align="center">
Seorang guru bernama Xu Liangfan, 37, mendampingi muridnya menuju SD Banpo di Provinsi Guizhou, China, dengan berjalan di bibir tebing yang curam, 12 Maret 2013</div>
<br /></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script></div>
<div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-6841635062645131031.post-26322680455255585792013-03-19T00:04:00.002+07:002022-07-26T06:25:05.902+07:00Istilah Alat Musik Tradisional<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div style="text-align: left;"><div style="text-align: left;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUYmGnl6sI5U0GfcCbqh5qZoW_223Z2msWjr45mSucivgOsD5VcQwXUdMceZMk1lXRatyV6EPAfLG_mHw10oqA3FOfoKInJkYBEJAa8TPTXQr3hbGOtjmCk1s2bVu6Awn6qJuzkvEB2hUVhJVcxxO_tiFM1_-5rDXJFEAAwuyOUD9hHGPQXqij4q3_/s768/pengadaan%20alat%20musik%20rebana%20habib.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" data-original-height="768" data-original-width="768" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUYmGnl6sI5U0GfcCbqh5qZoW_223Z2msWjr45mSucivgOsD5VcQwXUdMceZMk1lXRatyV6EPAfLG_mHw10oqA3FOfoKInJkYBEJAa8TPTXQr3hbGOtjmCk1s2bVu6Awn6qJuzkvEB2hUVhJVcxxO_tiFM1_-5rDXJFEAAwuyOUD9hHGPQXqij4q3_/w200-h200/pengadaan%20alat%20musik%20rebana%20habib.jpg" width="200" /></a><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Posting kali ini adalah hasil rangkuman kami mengenai istilah dan <a href="https://shp.ee/vfhq4h7" target="_blank">jenis-jenis alat musik</a> yang beredar ataupun di buat oleh komunitas masyarakat seni di berbagai daerah di Indonesia, khususnya tanah Jawa. Kami mengharap komentar, kritik-saran ataupun catatan tambahan dari pembaca sekalian di kolom komentar bawah, jika yang kami </span></span><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">ketengahkan </span><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">kurang sesuai dengan spesifikasi serta </span><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">kegunaannya. Karena tidak sedikit jenis alat musik di bawah ini yang tidak diproduksi langsung di home industri kami.</span></span></div></span></div><span style="font-family: arial;"></span></div></div><span style="font-family: arial;">
</span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"> Selamat membaca !</span></span></div><div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"> </span></span></div><span style="font-family: arial;">
</span><ol><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Angklung ; Jenis alat musik yang terbuat dari dua bentuk bambu berbeda, yaitu bambu bingkai dan bilah nada. Konon, alat musik Angklung pertama kali <span style="background-color: white; line-height: 19.1875px;">diciptakan dan dimainkan oleh <span style="line-height: normal;">masyarakat Baduy pada abad ke 12 Masehi </span>untuk memikat </span>Dewi Sri<span style="background-color: white; line-height: 19.1875px;"> turun ke bumi agar tanaman padi mereka tumbuh subur</span>. Catatan Wikipedia ; Angklung adalah alat musik<span style="background-color: white; line-height: 19.1875px; text-align: start;"> multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat ber</span>bahasa Sunda<span style="background-color: white; line-height: 19.1875px; text-align: start;"> di </span>Pulau Jawa <span style="background-color: white; line-height: 19.1875px; text-align: start;">bagian barat. Alat musik ini dibuat dari </span>bambu<span style="background-color: white; line-height: 19.1875px; text-align: start;">, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Angklung terdaftar sebagai </span>Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia<span style="background-color: white; line-height: 19.1875px; text-align: start;"> dari </span><a class="mw-redirect" href="http://id.wikipedia.org/wiki/UNESCO" style="background-color: white; background-image: none; color: #0b0080; line-height: 19.1875px; text-align: start; text-decoration: initial;" target="_blank" title="UNESCO">UNESCO</a><span style="background-color: white; line-height: 19.1875px; text-align: start;"> sejak November 2010.</span></span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Bedug ; Jidur ; Bass ; instrumen musik dengan ciri khas suara besar dan menggema. <a href="http://www.solichin-toip.com/2011/05/bedug-mesjid.html" target="_blank">Bedug</a> ; terbuat dari lempengan papan atau bulatan kayu besar dengan lobang kanan kiri dipasang kulit sapi atau kerbau. Namun ada juga bedug mesjid yang hanya dipasang kulit sebelah saja. Selama lebih dari ratusan tahun yang lalu Bedug telah digunakan di mesjid-mesjid sunni sebagai sarana untuk menandakan datangnya waktu shalat, terutama shalat Jumat. Bedug juga kerap digunakan untuk acara rampak bedug, menyambut hari raya 'idzul-fitri dan adha, hingga acara kenegaraan dengan pemukulan bedug sebagai simbol peresmian acara tertentu. Jidur istilah lain bedug; ukurannya lebih kecil dan biasa digunakan sebagai instrumen tambahan rebana Diba versi Cilacap. Jidur biasanya terbuat dari bahan kayu lapis triplek atau seng. Bass; adalah bedug dengan satu lobang dipasang kulit sementara lobang yang lain tetap dibiarkan bolong. Istilah Bass biasa juga digunakan untuk komposisi rebana dalam berbagai versi dengan ukuran garis tengah bervariasi serta ketinggian maksimal 22 cm.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Bonang ; alat musik pukul, sebagai pembuka instrumen Gamelan</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Demung ; alat musik pukul, pengiring instrumen Gamelan</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Dumbuk; jenis gendang dengan bentuk seperti gelas pesta dan biasa dikolaborasikan dengan seni musik Marawis dan Gambus.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Gambang ; alat musik pukul terbuat dari bilah-bilah bambu ataupun kayu</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Gambus; alat musik petik jenis gitar. Namun bentuk Gambus lebih khas dan biasanya cembung di bagian bodi belakangnya. Namun tidak untuk zaman sekarang. Karena jenis dan bentuk gitar Gambus sudah bermacam-macam. Seni musik Gambus berasal dari negeri Arabia dan masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam yang dibawa oleh pendakwah-pendakwah dari negeri tersebut.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Gamelan ; alat musik yang terdiri dari Gong, Kendang atau Gendang, Gambang, Suling atau Seruling, Bonang, Demung, Kempul, Peking, dan Siter.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Genjring; rebana besar; rebana Diba di Jakarta; adalah istilah lain <a href="http://www.solichin-toip.com/p/rebana-diba-versi-bumiayu-tegal.html" target="_blank">rebana Syrakal</a> yang populer di daerah Bumiayu, Brebes dan Tegal. Terdiri dari minimal empat buah rebana dengan kolaborasi Jawa klasik. Syair untuk mengiringinya umumnya berasal dari kitab <i>Diwani Hadrah</i>.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Gitar; Guitar ; alat musik petik berdawai, konon berasal dari negeri Persia pada tahun 1500 SM. Jenisnya ada akustik, elektrik dan semi elektrik. Ketiga jenis itu pun akan terbagi-bagi lagi sesuai dengan fungsi serta kegunaannya.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Jawa Klasik; adalah kolaborasi Genjring Syrakal dengan jumlah maksimal 5 buah dan pembuatannya menggunakan kayu Kelapa ( Glugu ) dengan tarikan kulit dari tali penjalin. </span><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Konon, Jawa klasik adalah salah satu peninggalan seni dari salah satu Walisongo, yaitu Sunan Kalijaga. Susunannya terdiri dari 2 Bass yang melambangkan dua Kalimat Syahadat dan Shalat lima waktu, 1 Induk melambangkan Zakat bagi seluruh umat Islam sekali dalam satu tahun, dan 2 buah Kempling yang melambangkan Puasa dan Haji bagi yang mampu. [Baca lebih lengkap di ; <a href="http://www.solichin-toip.com/2012/03/rebana-warisan-sunan-kalijaga.html" target="_blank">Rebana Warisan Sunan Kalijaga</a>]</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"> yang terdiri dari 2 Bass melamba</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"><a href="http://www.solichin-toip.com/2012/01/musik-calung-kenthongan.html" target="_blank">Kentongan</a> ; Kenthongan ; Tong-tong ; alat musik terbuat dari bulatan bambu yang dilobangi pada satu sisinya sebagai penggema suara keluar, sehingga ketika dipukul akan menghasilkan suara "thooong.." Di surau, <i>mushalla</i> atau mesjid biasanya Tong-tong terbuat dari bulatan kayu khusus seperti kayu Jati, Nangka, Waru, dll. Sehingga bunyinya pun akan lebih <i>kemlenthong</i> daripada Kentongan yang terbuat dari bambu. Kentongan, setidaknya dalam satu dasawarsa ini, ramai dikolaborasikan dengan alat musik lain seperti ; Bass, Tripok, Tamrien, Seruling serta beberapa buah Angklung sebagai kesatuan seni musik yang disebut Calung atau Calungan.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Kentrung ; Gitar mini atau ukuran kecil dan biasanya menggunakan empat senar sebagai media petiknya.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Kempling; jenis alat rebana sejenis Ketipung hanya saja ukurannya lebih panjang 18-22 cm. Biasa dikolaborasikan dengan Bass <a href="http://www.solichin-toip.com/2011/05/rebana-mapsi.html" target="_blank">Mapsi</a> yang populer di sekolah-sekolah dasar dan lanjutan pertama khususnya di Jawa Tengah.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"><a href="http://www.solichin-toip.com/2013/01/jual-pesan-aneka-gendang.html" target="_blank">Kendang</a> ; Gendang ; alat musik perkusi pengatur irama. Kendang identik dengan suara tang-dung atau dang dan dut. Jenis-jenisnya antara lain : Gendang Dangdut ; pengiring orkes Melayu [Dangdut]. Untuk kolaborasi musik Gambus atau Marawis ada tiga jenis : Gendang Dumbuk Batu/ Darbuka, Dumbuk Pinggang dan Tabla. Gendang Jaipong ; dengan tiga sampai empat varian per set dan biasa digunakan unntuk mengiringi tari jaipongan serta kolaborasi musik Gamelan. Ada juga yang menyebut gendang Jaipong dengan istilah gendak Pencak, karena gendang ini biasa digunakan untuk mengiringi tarian atau jurus ilmu beladiri tersebut. Gendang Zimbe ; Jimbe ; Zimbabwe; konon, jenis gendang ini berasal dari negara Zimbabwe di benua Afrika. Bentuknya sejenis dengan Dumbuk Pinggang. Yang membedakan adalah perakitannya. Dumbuk Pinggang menggunakan nada suara dari head dengan tarikan ring besi, baut dan mur. Sementara Zimbe menggunakan tarikan tali khusus dan bermedia suara dari kulit.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Keprak; Koprok; Tam-tam; rebana kecil dengan diameter 16-22 cm X 6-7 cm, biasa digunakan sebagai pelengkap rebana <a href="http://www.solichin-toip.com/2012/04/rebana-hadrah-versi-habib-syeh.html" target="_blank">Hadrah versi habib Syech</a>.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Ketipung; Kotek; Sopran; adalah alat musik rebana terkecil biasa digunakan sebagai kolaborasi <a href="http://www.solichin-toip.com/p/artikel-aneka-versi-rebana-di-indonesia.html" target="_blank">rebana Hadrah</a> ( Keprak ), pengiring tarian Melayu ( Kotek ), pelengkap <a href="http://www.solichin-toip.com/2011/04/rebana-qasidah-lasqi-rumbai-versi.html" target="_blank">rebana Qasidah</a> ( Sopran ), pelengkap musik Calung/ Kentongan ( Tripok ), dll.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif"><a href="http://www.solichin-toip.com/2011/04/marawis-dumbuk-hajir-cymball-tamrien.html" target="_blank">Marawis</a> ; Marwis ; jenis alat musik dengan lobang atas bawah dipasang kulit dengan tali khusus sebagai penarik keduanya. Alat musik ini biasa digunakan sebagai pelengkap jenis musik Marawis dan konon berasal dari Timur Tengah.</span></span></li><span style="font-family: arial;">
</span><li style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;"><span face="Arial, Helvetica, sans-serif">Rebana; Dufuf; Genjring; Terbang; alat musik pukul terbuat dari kayu dan kulit sebagai media tepuknya. Rebana, khususnya di daerah Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah, pertama kali dibuat pada tahun 1950-an. Jenis-jenisnya antara lain Rebana Syrakal, Jawa Klasik, Bass Rebana, Hadrah, Mapsi, Qasidah, dll. [Baca ; <a href="http://www.solichin-toip.com/p/sejarah-rebana-kaliwadas-bumiayu.html" target="_blank">Sejarah Rebana Bumiayu</a>]</span></span></li>
</ol>
<script type="text/javascript">
var _gaq = _gaq || [];
_gaq.push(['_setAccount', 'UA-39739762-1']);
_gaq.push(['_trackPageview']);
(function() {
var ga = document.createElement('script'); ga.type = 'text/javascript'; ga.async = true;
ga.src = ('https:' == document.location.protocol ? 'https://ssl' : 'http://www') + '.google-analytics.com/ga.js';
var s = document.getElementsByTagName('script')[0]; s.parentNode.insertBefore(ga, s);
})();
</script><div class="blogger-post-footer">http://duniaminiaturakhirat.blogspot.com/feeds/posts/default</div>Solichin Toip Musikhttp://www.blogger.com/profile/16094470511118907160noreply@blogger.com0